REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Pemimpin Tertinggi Al-Azhar Mesir, Grand Syekh Ahmed El Tayeb bertemu dengan delegasi Uskup Prancis, Sabtu (18/1).
Dilansir di al ahram.org.eg, Ahad (19/1) dalam pertemuan tersebut El Tayeb menyebut soal Dokumen Persaudaraan Manusia (Human Fraternity) yang pernah ditandatanganinya bersama Paus Fransiskus, pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi.
Dokumen tersebut merupakan perjanjian bersama untuk mewujudkan perdamaian dunia dan hidup berdampingan dengan berbagai perbedaan yang ada.
Menurut El Tayeb, dokumen ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat dunia khususnya yang berada di wilayah barat maupun timur untuk hidup harmonis.
"Saya menandatangani perjanjian bersama saudara lelaki saya Fransiskus yang merupakan hasil kerja keras dan ketulusan selama setahun antara Al-Azhar dan Vatikan, ini dianggap sebagai jalan keluar yang aman dari masalah manusia baik di wilayah Timur dan Barat," ujar dia.
El-Tayeb juga memuji pembentukan Komite Tinggi karena mengaplikasikan apa yang menjadi tujuan dokumen ini.
Menurut dia, ini merupakan langkah positif bagi Human Fraternity. Pertemuan pertama komite yang lebih tinggi berlangsung di Vatikan di hadapan Paus Fransiskus pada September 2019. Pertemuan kali ini merupakan kunjungan keuskupan Prancis untuk menghidupkan kembali jalan Keluarga Suci.
"Kami orang Mesir memiliki hak untuk bangga dengan perjalanan Keluarga Suci dan Perawan Maria yang membawa banyak orang ke Mesir untuk mempelajari secara rinci. Mesir dulu, dan masih merupakan tanah yang diberkati, dikunjungi para nabi dan rasul seperti Isa, Musa, dan Ibraham." kata El-Tayeb.
Para uskup Prancis yang didelegasikan mengatakan bahwa mereka senang bertemu dengan imam besar itu. Dia menyatakan penghargaan mereka atas upayanya demi kemanusiaan dan konsolidasi budaya dialog dan koeksistensi.
Mereka juga menegaskan bahwa keterbukaan dan hubungan baik antara dua lembaga keagamaan terbesar di dunia Al-Azhar dan Vatikan], akan menuai buah-buah baik dunia dan menguntungkan semua orang percaya di mana pun.