REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad SAW adalah nabi dan rasul Allah SWT. Tak ada satupun nabi dan rasul yang diutus setelah beliau meninggal dunia. Namun, selalu saja ada fenomena mereka yang mengaku sebagai nabi dan rasul. Klaim demikian tentu sangatlah tidak dibenarkan dalam agama.
Rasulullah SAW, adalah penutup dari segala nabi dan rasul. Ayat Alquran menegaskan fakta itu antara lain: ''Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.'' (QS Al-Ahzab [33]: 40).
''Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.'' (QS Ali Imran [3]: 144).
Dan tanda-tandanya sebagai seorang nabi dan rasul adalah seorang anak yatim, senantiasa dilindungi awan, perkataannya selalu baik dan dipuji orang.
Dan para ahli bahasa memberikan makna terhadap kalimat khatama dalam surah Al-Ahzab ayat 40 itu dengan al-Istitsaqu wal man'u. (Lihat Lisan al-'Arab Bab Kha), artinya memastikan dan menolak sesuatu. Dengan demikian, Alquran menyebutkan Muhammad sebagai khatamannabiyyin, artinya pasti dan tidak ragu bahwa Muhammad sebagai Nabi terakhir dan menolak orang yang mengaku Nabi di kemudian hari.
Menurut para mufasir, ada tiga tafsiran tentang kata khatamannabiyyin tersebut. Pertama, khatamannubuwwah, penutup kenabian. Kedua, Allah SWT menyempurnakan kenabian dan rasul sejak awal sampai akhir dengan diutusnya Rasulullah SAW. Ketiga, Muhammad paling akhir di antara para Nabi Allah yang diutus.
Ibnu Abbas, sahabat sekaligus ahli tafsir terkemuka di zaman Nabi mengomentari ayat di atas, "Seolah-olah Allah berkehendak dengan firmanNya, kalaulah Allah tidak menutup nabi-nabi dengan kenabian Muhammad, seolah Allah berfirman, pasti Aku jadikan seorang nabi di antara anaknya. Tapi Allah Mahamengetahui terhadap segala sesuatu. Mengapa tidak menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai nabi dan rasul karena memang Allah berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir."
Salah satu logika yang digunakan Ibnu Abbas adalah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa tiga putra beliau; dua dari khadijah, pertama, Qasim, sehingga beliau SAW dipanggil Abul Qasim, lahir sebelum beliau diangkat menjadi nabi dan meninggal dalam usia dua tahun. Kedua, Abdullah yang dijuluki Ath-Thayyib dan Ath-Thahir karena dia dilahirkan dalam Islam meninggal dunia setelah lahir beberapa hari. Ketiga, putra dari Mariah Qibtiyah bernama Ibrahim meninggal dalam usia 16-18 bulan (Al-Wafa, halaman 536-537).
Kalaulah putra beliau SAW, hidup sampai dewasa, tidak mustahil di kemudian hari orang akan mendewakan salah satunya dan mengangkatnya sebagai nabi. Tapi Allah mentakdirkan tidak menjadikan seorang pun hidup sampai dewasa.