Rabu 15 Jan 2020 16:22 WIB

Muhammadiyah: Kongres Umat Islam Harus Tentukan Arah Muslim

Umat Islam diminta bisa mewarnai kehidupan politik dengan nilai-nilai agama.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Muhammadiyah: Kongres Umat Islam Harus Tentukan Arah Muslim. Sekjen MUI Anwar Abbas.
Foto: darmawan / republika
Muhammadiyah: Kongres Umat Islam Harus Tentukan Arah Muslim. Sekjen MUI Anwar Abbas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Anwar Abbas menuturkan Kongres Umat Islam VII 2020 harus menyadarkan umat Islam tentang titik lemah umat Islam saat ini. Kongres tersebut juga harus menentukan arah tujuan umat Islam.

"Kita harus jadi penentu. Karena sekarang ini belum. Kita harus bisa mewarnai kehidupan politik dengan nilai-nilai agama. Agama adalah nilai yang luhur sehingga tidak boleh terjadi pembunuhan karakter seseorang," kepada Republika.co.id di kantor MUI, Rabu (15/1).

Baca Juga

Menurut Anwar, politik hendaknya menggunakan etika dan adab. "Tapi hari ini masih membunuh karakter orang, buat ini, buat isu menyebar fitnah, yang lama-kelamaan kalau terus disampaikan maka itu menjadi kebenaran padahal tidak benar," ujar dia.

Anwar menambahkan, Kongres yang akan digelar pada Februari mendatang itu harus bisa menyadarkan bangsa Indonesia terhadap Pasal 29 ayat 1 UU Dasar 1945, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. "Kita boleh bebas, tapi ada identitasnya, ada karakternya," ujarnya.

 

Ukhuwah islamiyah, menurut Anwar, yang selama ini sering disuarakan belum sampai pada tataran praktik. Dia mengatakan ukhuwah tersebut masih sebatas di bibir. "Ukhuwah islamiyah ini memang enak diucapkan," katanya.

Pemerintah pun perlu memberdayakan ekonomi keumatan secara masif. "Bagaimana caranya? Beli barang-barangnya agar permintaan meningkat lalu produksi menjadi meningkat. Beli produk Indonesia. Kalau produk Indonesia kita beli, berarti permintaan meningkat, pendapatan perusahaan meningkat," ujarnya.

Dengan demikian, daya beli masyarakat juga akan ikut mengalami peningkatan, yang tentunya juga harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Namun, dia mengakui saat ini perekonomian Indonesia masih jauh dari harapan karena persoalan pada nasionalisme di sektor ekonomi.

Anwar mencontohkan perusahaan baja nasional, Krakatau Steel. Seiring dengan program-program infrastruktur pemerintah, menurut dia seharusnya baja-baja yang dipakai berasal dari Krakatau Steel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement