REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Abdul Mustaqim mengatakan, penafsiran terhadap Alquran dan hadits yang mengedepankan moderasi sangat penting dilakukan. Dia menilai tafsir Alquran yang moderat dapat mencegah menyebarnya ajaran radikalisme di Indonesia.
“Saya katakan iya (bisa mencegah radikalisme). Dan itu juga yang saya sampaikan pada saat pengukuhan guru besar saya 16 Januari lalu, saya tegaskan itu,” ujar Prof. Mustaqim saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (12/1).
Dia melihat beberapa penafsiran terhadap ayat Alquran dan hadits ada yang cenderung tidak moderat. Karena itu, dia pun menawarkan sebuah metodologi untuk memahami dan menafsirkan Alquran dan hadits secara moderat, yaitu tafsir maqashidi.
Dia menjelaskan, tafsir maqashidi adalah sebuah pendekatan tafsir yang mencoba menengahi dua ketegangan epistemologi tafsir antara yang tekstualis dengan yang liberalis. Menurut dia, tafsir maqashidi ini basis dari moderasi Islam. Di satu sisi tafsir maqshidi tetap menghargai teks, tetapi di sisi lain juga akan menangkap makna di balik teks tersebut.
“Jadi salah satu hal yang penting dan sangat perlu dipertimbangkan dalam upaya moderasi Islam secara khusus dan moderasi keberagamaan secara umum adalah pendekatan tafsir maqashidi tadi, karena dia bisa meretas kebuntuan epistemologi antara kelompok yang sangat tekstualis dan yang liberalis,” jelasnya.
Pengasuh Pesantren Lingkar Studi Quran (LSQ) Arrahmah Yogyakarta ini menjelaskan, sangat penting mengembangkan tafsir maqashidi tersebut. "Saya pribadi sudah merancang nanti insya Allah ada tujuh jilid yang saya ingin coba lahirkan tafsir maqashidi,” katanya.