REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nama Arabia atau Arab sangat familiar di kalangan umat Islam. Betapa tidak? Di jazirah Arab itulah tempat diturunkannya agama Islam bagi seluruh umat manusia. Lantas, dari mana asal muasal nama tersebut?
Nama Arabia yang kerap disematkan dengan arti Negeri Timur dan Negeri Selatan telah digunakan sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Meski di Arabia Utara sejak dahulu kala pun telah berdiam suku-suku yang beragam, seperti suku Edom, Moab, Ammon, Amor, Midian, hingga Amalek.
Dalam buku Sejarah Geografi Qur’an karya Sayid Muzaffaruddin Nadvi, meskipun orang-orang Yahudi mengetahui sesuatu tentang negeri tetangganya yakni Arabia Utara, namun umumnya mereka tidak mengetahui nama pasti untuk menyebut wilayah tersebut. Alih-alih menyebut nama, bangsa Yahudi kala itu justru menyebut nama wilayah tetangganya itu dengan nama suku mereka sesuai daerah yang ditempati.
Sedangkan pada zaman Nabi Musa AS, ketika bangsa Israel menyebrangi Laut Merah dari Mesir ke suatu tempat tertentu yang jauh di ‘Arabia Utara’, mereka mendapati keseluruhan wilayah tersebut gersang dan penuh padang pasir. Karena inilah kemudian mereka menyebut wilayah tersebut dengan sebutan Horeb yang kemudian hari dilafalkan menjadi Arabia.
Seiring berjalannya waktu usai migrasi tersebut, bangsa Yahudi yang dipimpin oleh Nabi Musa AS semakin mengalami perkembangan. Baik secara sosial, ekonomi, maupun peradaban budaya. Hal ini lantaran, dalam perkembangannya, bangsa Yahudi mampu menaklukkan seluruh bagian utara dan beberapa bagian selatan.
Karena telah mengetahui batas-batas alami dari seluruh negeri ‘Arab’, maka mereka pun mulai menyebut wilayah tersebut dengan sebutan Arabia. Adapun karakteristik wilayah jazirah Arab terdiri dari tanah pasir yang bergunung-gunung. Tanah yang berupa padang pasir ini ada nyaris tanpa air sama sekali.
Karena minim air, wilayah Arab tidak dibekali aliran sungai. Sehingga masyarakat kuno masa itu kerap mengandalkan aliran air yang datang dari gunung, tangki-tangki, serta sumur-sumur yang ada di padang terbuka. Karena merupakan padang pasir, jangan ditanya bagaimana iklim di sana, tentu saja panas dan kering.
Arab yang tanpa sungai itu diimbangi dengan arus air yang berasal dari pegunungan untuk menyuplai dan mendukung adanya kehidupan di sana. Meski minim air, karakteristik wilayah Arab rentan banjir karena dikelilingi mata air yang bersumber dari pegunungan.
Sehingga raja-raja Arab masa itu kerap membuat bendungan guna menahan dan memanfaatkan pasokan air guna menghindari banjir bandang. Tak terkecuali misalnya, wilayah Makkah dan Ka’bah juga dikenal pernah tertimpa banjir, hal ini karena Makkah merupakan dataran rendah yang dikelilingi oleh gunung dan bukit. Sehingga wilayah tersebut rentan dengan banjir.
Pada masa permulaan Islam, kota-kota di jazirah Arab seperti Jawf atau Wadi al-Qura, Tabuk, Khaibar, hingga Midian berada dalam kekuasaan kaum Yahudi. Kota-kota tersebut dikenal dengan benteng-bentengnya yang kuat, sebelum akhirnya dapat ditakhlukkan oleh kaum Muslimin di zaman Rasulullah SAW.
Dengan adanya keragaman suku, bangsa, hingga agama yang bersatu berhimpun mengisi jejak sejarah Arabia, lambat laun wilayah tersebut pun mulai dikenali dengan pemetaan yang baik. Batas-batas Arabia dikenalkan dan dibagi-bagi oleh ahli sejarah geografi.
Misalnya menurut para ahli geografi Arab, wilayah Arabia merupakan wilayah yang dibatasi oleh Padang Pasir Syiria di bagian barat. Di barat daya dibatasi oleh Laut Merah, Midian, dan jalur dari Jeddah sampai ke Yaman. Sedangkan di sebelah selatan dibatasi oleh Lautan Hindia, Aden, dan dari Zafar sampai ke Muhra.
Di wilayah timur, wilayah Arab dibatasi oleh Teluk Oman, Teluk Persia, Muhra, Oman, dan daerah dari Bahrain sampai ke Basrah dan Kufa. Selanjutnya di wilayah utara, wilayah Arab dibatasi oleh Balqa. Adapun jika disederhanakan dengan bahasa yang lebih mudah, wilayah Arabia dibatasi di sebelah timurnya oleh Teluk Persia dan Teluk Oman.
Sedangkan di sebelah selatan oleh Lautan Hindia, di sebelah barat oleh Laut Merah, di sebelah barat oleh Teluk Aqabah, Syiria, dan Palestina. Lalu menyusul ke timur dibatasi oleh Euphrate. Dengan perjalannnya ini, Arabia dari masa ke masa tumbuh dan berkembang atas kontribusi seluruh pihak baik itu suku dan agama yang menaunginya kala itu.
Sehingga di masa modern, Arabia yang khalayak kenal kurang lebih membentuk suatu komunitas yang identik dengan namanya. Dan tak lupa, jejak sejarah Arabia inilah yang kerap diidentikkan dengan Islam, bahkan kerap terjadi penafsiran umum bahwa Arab adalah Islam. Meski, hal tersebut benar, namun tak tepat juga.