REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Silvy Dian Setiawan, Fauziah Mursid
Innalillahi wa innailaihi raji'un, masyarakat Indonesia ditinggalkan ulama terkemuka, Prof Yunahar Ilyas, pada Kamis (2/1) malam pukul 23.47 WIB. Ribuan warga mengantarkan jenazah wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikenang dengan keilmuan dan kesantunannya tersebut.
"Innalillahi wainna ilaihi raji'un, telah meninggal dunia ayahanda kami, Buya Prof Yunahar Ilyas, pada 2 Januari pukul 23.47 di RS Sardjito Yogyakarta, semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," tulis Muhammad Hasnan Nahar, putra Prof Yunahar, dalam pesannya, Kamis (2/1) malam.
Almarhum tutup usia setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Sebelumnya, Prof Yunahar memang sakit dan menjalani cuci darah.
Jenazah ketua PP Muhammadiyah itu kemudian dishalatkan di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, dan dilepas kemarin siang. Ribuan pelayat memenuhi Permakaman Karangkajen, Yogyakarta, tempat almarhum dimakamkan.
Jenazah almarhum tiba di Pemakaman Karangkajen sekira pukul 13.20 WIB. Beberapa tokoh mengikuti prosesi pemakaman tokoh Muhammadiyah tersebut, mulai dari Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Dewan Pertimbangan MUI, yakni Din Syamsuddin, Sekjen MUI Anwar Abas, hingga Mustasyar PWNU DIY Rochmad Wahab.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Muhammadiyah sangat kehilangan figur ulama yang santun tersebut. Prof Yunahar yang lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 22 September 1956, ini tercatat menjadi anggota Muhammadiyah sejak 1986. "Beliau rutin mengajar tafsir di Gedung PP Muhammadiyah Yogyakarta dan Jakarta serta dikenal ringan hati untuk memberi pengajian ke manapun," kata Haedar, Jumat (3/01).
Menurut Haedar, penguasaan almarhum dalam ilmu agama sangat mendalam, khususnya dalam bidang tafsir. Almarhum, ia menambahkan, juga meninggalkan sejumlah buku penting dan menulis tarikh di Suara Muhammadiyah secara rutin.
"(Almarhum juga) Piawai dalam bertabligh yang mudah dicerna umat, ramah, dan mudah bersahabat, serta kehati-hatian dalam bersikap sehingga saksama dan bijaksana. Semoga semuanya menjadi amal jariyah yang terus mengalir baginya," ujar Haedar.
Sebelum dirawat di RS Sardjito, almarhum juga sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kedua pihak rumah sakit ini ataupun Muhammadiyah dan keluarga sendiri, lanjut Haedar, sudah berikhtiar maksimal bagi kesembuhan almarhum.
"Tapi, Allah SWT menentukan jalan akhir hayat dengan memanggil ke haribaan-Nya. Semoga almarhum husnul khatimah dan diterima di sisi Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal 'alamiin," kata dia. "Saya telah lama berkawan dan berinteraksi secara intens dengan Prof Yunahar sejak 1980-an, banyak teladan yang baik yang dapat diambil dari beliau," ujarnya melanjutkan.
Sekretaris Jenderal MUI sekaligus Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menilai, almarhum merupakan sosok ulama yang berpengetahuan luas. "Karena pengetahuannya luas, beliau sering dipanggil oleh teman-teman dan murid-murid serta jamaahnya dengan sebutan ‘buya’," kata Anwar, Jumat (3/1).
Menurut Anwar, ceramah-ceramah Prof Yunahar Ilyas semasa hidup sangat menarik karena di setiap ceramahnya selalu saja ada sesuatu ilmu yang baru dan yang menggelitik hati dan pikiran jamaah. Dengan demikian, lanjutnya, setiap majelis ilmu yang dihadirinya sebagai pengisi khutbah, selalu hidup dan ramai dengan jamaah.
Adapun bidang keahlian Prof Yunahar Ilyas yang menonjol menurutnya adalah dalam bidang ilmu tafsir, yaitu suatu cabang keilmuan dalam Islam yang sangat sarat dengan perbedaan pendapat. "Beliau sangat toleran. Ini dipengaruhi oleh bidang keilmuan beliau sendiri, karena beliau di tafsir. Dalam ilmu tafsir itu, kan banyak sekali perbedaan dan pendapat," ujar Anwar.
Di PP Muhammadiyah, sosok Prof Yunahar Ilyas dipercaya selama dua periode belakangan untuk membidangi masalah tarjih dan dakwah. Sementara di MUI, Prof Yunahar Ilyas pernah menjadi ketua yang membidangi masalah pengkajian dalam periode 2010-2015.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) - Prof Yunahar Ilyas
Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin juga menyampaikan dukacita mendalam atas wafatnya Prof Yunahar Ilyas. KH Ma'ruf yang juga ketua MUI nonaktif itu mengenang Prof Yunahar semasa bersama-sama aktif di MUI Pusat sebagai sosok yang memiliki visi yang positif, konstruktif dalam membangun kemasalahatan umat.
"Kita banyak kesamaan pandangan, terutama bagaimana dalam membina umat, bagaimana mengawal bangsa dan negara supaya tetap utuh, bagaimana menyatukan umat dan memberdayakan umat, itu kita barenglah, punya kesamaan pandangan," kata KH Ma'ruf di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (3/1).
KH Ma'ruf bercerita, terakhir pertemuannya dengan Prof Yunahar terjadi pada awal November 2019 saat ia menjenguk beliau di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Yogyakarta. "Beliau (saat itu) hanya menceritakan bahwa beliau akan menjalani operasi dan beliau masih semangat waktu itu. Saya nggak duga bahwa ternyata telah berlanjut dan ternyata tidak dipanjangkan umurnya," ujar KH Ma'ruf.
Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi juga mengenang Prof Yunahar sebagai sosok yang lurus dan konsisten dalam perjuangan keislaman.
"Beliau banyak memberikan inspirasi untuk konsisten dalam perjuangan ya. Beliau orang yang sangat lurus, ada satu pepatah, ‘bicarakan kebenaran walaupun itu pahit didengar’, dan Prof Yunahar orang yang termasuk berbicara seperti itu," kata Masduki, Jumat (3/1).
"Beliau juga adalah seorang Muslim yang sejati, yang konsisten di dalam menegakkan prinsip-prinsip dasar keislaman," ujar Masduki melanjutkan.
Masduki yang juga ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI itu juga menilai Prof Prof Yunahar sebagai sosok yang tegas. "Biasanya kami itu di rapat MUI bisa berjam-jam karena banyak orang yang pengen ngomong dan ngomongnya itu tidak fokus. Kalau yang pimpin Prof Yunahar, selalu diingatkan agar tidak melebar-lebar dan fokus, beliau tegas soal itu," kata Masduki.
Ulama kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) menuturkan kenangan tersendiri terkait Prof Yunahar. UAS menceritakan, ia pernah mendapatkan pesan pendek secara tiba-tiba dari Yunahar Ilyas beberapa tahun lalu.
"Suatu ketika saya dapat SMS, bunyi SMS itu, 'Saya Yunahar Ilyas. Saya suka ceramah Anda, saya senang Anda menebarkan kebaikan, tolong teruskan'," begitu isi SMS Yunahar yang diceritakan UAS kepada Republika di Masjid Islamic Center, Kota Padang Panjang, Jumat (3/1).
UAS menyebut, ketika mendapat SMS tersebut, ia belum terkenal seperti sekarang. Karena itulah, UAS berkesimpulan Yunahar adalah figur ulama besar yang rendah hati. "Padahal, beliau itu seorang profesor, doktor, pimpinan ormas, tapi mau me-SMS saya untuk memberikan semangat," ucap UAS.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy berharap ada yang menggantikan almarhum Prof Yunahar di Muhammadiyah. "Mudah-mudahan akan segera lahir Yunahar yang baru, yang bisa mengisi kevakuman itu," kata Muhadjir saat menghadiri prosesi pemakaman di Yogyakarta, Jumat (3/01).
Menurut Muhadjir, almarhum memiliki posisi yang unik di Muhammadiyah, terutama dalam hal kepakaran keislaman yang dalam dan kuat. "Tapi, saya yakin tidak ada yang bisa betul-betul menggantikan peranan Prof Yunahar ini. Beliau ini memiliki pengetahuan keislaman yang multikompleks," ujarnya. n ed: fitriyan