Jumat 03 Jan 2020 20:18 WIB

Rabithah Alawiyah Doakan Republika Tetap Netral

Di ulang tahun ke-27 Republika diharapkan tetap netral dan mewakili suara umat Islam.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar bin Smith berharap di ulang tahun Republika ke-27, Republika tetap jadi media yang netral.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah Habib Zein bin Umar bin Smith berharap di ulang tahun Republika ke-27, Republika tetap jadi media yang netral.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen Bin Smith menitipkan doa untuk Harian Republika di ulang tahunnya yang ke-27. Ia berharap Republika bisa tetap netral dan mewakili suara umat Islam.

"Saya atas nama pribadi dan Rabithah Alawiyah mengucapkan selamat Milad ke-27. Semoga Republika terus bisa berjalan dan maju," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (3/1).

Baca Juga

Ia pun menyebut tidak percaya jika Republika sudah berjalan sejauh ini. Ia masih mengingat saat diundang untuk bertukar pikiran oleh almarhum BJ Habibie selaku inisiator dalam pembentukan koran harian ini.

Habib Zen menyebut selain menampung suara umat Islam, Republika juga netral dengan mendengarkan suara-suara dari non-Muslim. Menurutnya, tidak banyak saat ini media massa cetak yang dapat melakukan hal tersebut dengan segala dinamika yang ada.

Kenetralan Republika hingga saat ini dinilai masih terjaga dan sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalistik profesional. Ia menyebut di luar sana ada media yang wiroh Muslimnya berlebihan sehingga tidak bisa netral.

"Tapi Republika tidak. Tetap membawa suara Islam tapi dalam pemberitaan bisa berada di tengah sehingga netral. Ini menurut saya suatu keunggulan yang harus dijaga," lanjutnya

Habib Zen juga menilai Republika memiliki tampilan yang khas dan menarik. Sebagai pembacanya, dengan melihat sepintas saja sudah tahu jika koran tersebut milik Republika.

Harian Republika dapat memberikan penampilan yang khas dan bisa mengikuti zaman. Bahkan, beberapa kali saat ada peristiwa penting Republika mampu menyediakan tampilan yang berbeda namun memiliki pesan mendalam.

"Saya paling ingat saat PLN Blackout. Tiba-tiba besok halaman depannya gelap. Itu saya kagum karena ilustrasinya tanpa ada kalimat tapi sudah paham pesannya. Tim kreatifnya perlu diacungi jempol," ujarnya.

Habib Zen lalu memuji tim redaksi Republika yang memiliki pemahaman mendalam atas sejarah khususnya sejarah-sejarah Islam. Ia menyebut membaca Republika tidak terasa hanya membaca koran tapi juga seperti membaca buku. Ada informasi sejarah yang baik dengan referensi yang kuat.

Terakhir, ia berharap semoga Allah SWT selalu memberi petunjuk dalam membawa misi dan amanat umat. Republika mau bagaimanapun dalam perjalanannya membawa amanat dan suara umat.

"Kita berharap keberadaan republika bisa menjadi saluran menyuarakan pendapat kepada pemerintah dan masyarakat. Dengan keadaan yang carut marut, ini bisa menenangkan," lanjut Habib Zen.

Terkait masukan untuk Republika, ia berharap tidak terlalu condong pada satu ormas Islam saja. Semua memiliki porsi yang sama untuk diperhatikan dan ditampung suaranya.

Republika pertama kali menyapa pembaca pada 4 Januari 1993.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement