REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH— Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat, Prof Teuku Abdullah Sany, menyatakan Aceh harus bangkit melalui industri pertanian rakyat dan produksi makanan halal.
“Aceh tidak boleh lagi seperti selama ini, masih banyak angka kemiskinan dan pengangguran. Saya beberapa hari ini masuk - keluar kampung, sedih saya melihat masih banyak orang miskin dengan rumah-rumah yang tidak layak huni,” ujar Teuku Abdullah Sany dalam siaran pers yang diterima di Meulaboh, Rabu (1/1).
Untuk itu, dia berharap agar ICMI Aceh tidak boleh berdiam diri dan harus berperan aktif untuk ikut terlibat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga berjanji akan membantu menghadirkan teknologi pertanian rakyat dan produksi makanan halal ke Aceh beserta ahlinya, agar dapat mendorong dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Segala sumberdaya ada di Aceh, menurut Teuku Abdullah Sany, saat ini dalam kualitas yang baik. Adanya fakta kemiskinan di Aceh, kata dia, sungguh sangat mengherankan sehingga harus ada intervensi inovasi teknologi untuk membangkitkan ekonomi Aceh.
Sementara itu, Ketua ICMI Aceh Prof Farid Wajdi, mengatakan keberadaan Aceh saat ini pada ranking terburuk intoleransi akan menimbulkan pengaruh di banyak sektor, termasuk bidang investasi, pariwisata, dan lain-lain.
Dia mengaku sependapat dengan Teuku Abdullah Sany yang menegaskan Aceh harus bangkit, harus maju dengan pertumbuhan ekonomi yang laju.
“Dengan kekayaan alam yang luar biasa dan keuangan Aceh yang demikian besar, maka Aceh harus maju. Pemerintah Aceh harus berupaya keras agar angka kemiskinan dapat dieliminasi serendah mungkin. Harus dibawah dua digit,” kata Farid Wajdi menambahkan.
Kegiatan diskusi tersebut juga turut dihadiri Prof Yusni Sabi, Prof Syafei Ibrahim, Dr Taqwaddin Husin, Dr Teuku Safir, Dr Sofyan Gani, Dr Bustami, Azwar Umri, Fauzi Umar, Tgk Jarimin, Teuku Kamaruzzaman, Syarifah Rahmatullah, Naimah Hasan.