REPUBLIKA.CO.ID, ADIS ABABA -- Lima orang yang diduga membakar empat masjid di wilayah Amhara, Ethiopia telah ditangkap pada Sabtu (21/12). Pembakaran masjid terjadi ketika meningkatnya kekerasan antarmasyarakat dan etnis mengancam reformasi politik.
"Lima orang yang diduga memimpin dan mengorganisir serangan kini telah ditangkap," kata juru bicara negara bagian Amhara, Getnet Yirsaw, dalam sebuah unggahan di Facebook, Sabtu.
Dilansir Aljazirah, Ahad (22/12), perusahaan penyiaran Fana yang berafiliasi dengan negara melaporkan pada Sabtu, sejumlah masjid diserang. Selain itu, properti lainnya dihancurkan di kota Mota, lebih dari 350 kilometer utara Addis Ababa.
"Upaya para ekstremis meruntuhkan sejarah kaya kita tentang toleransi beragama dan hidup berdampingan tidak memiliki tempat di Ethiopia yang berfokus pada kemakmuran baru. Saya mengutuk tindakan pengecut seperti itu dan menyerukan semua warga Ethiopia yang cinta damai untuk memanfaatkan pengetahuan mendalam kami tentang koeksistensi dan sumber rasa hormat kami," kata Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun Facebook dan Twitter-nya.
Attempts by extremists to breakdown our rich history of religious tolerance and coexistence have no place in the new prosperity focused Ethiopia. I condemn such acts of cowardice and call upon all peace loving Ethiopians to draw upon our deep knowledge of coexistence.
— Abiy Ahmed Ali (@AbiyAhmedAli) December 21, 2019
Fana juga menyatakan satu gereja telah diserang. Serangan-serangan terhadap masjid-masjid itu dikutuk oleh Gereja Ortodoks dan Dewan Tertinggi Urusan Islam Ethiopia.
Kekerasan etnis telah menjadi masalah terus-menerus di bawah kepemimpinan Abiy. Terjadinya kerusuhan baru-baru ini tampaknya sebagian dimotivasi oleh agama.
Selama beberapa hari kekerasan di wilayah Oromia pada Oktober, terdapat serangan terhadap masjid dan gereja-gereja Kristen Ortodoks yang telah dilaporkan. Namun, para analis memperingatkan konflik seringkali juga dibentuk oleh perselisihan terkait penggunaan lahan, etnisitas dan masalah lainnya.
Berdasarkan sensus terakhir yang dilakukan pada 2007, Muslim membentuk sekitar sepertiga dari populasi 110 juta. Sedangkan Kristen Ortodoks sebesar 40 persen.