REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan pengalamannya berpuasa Ramadhan di Amerika Serikat (AS) saat menjabat Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Pengalaman tersebut adalah contoh kecil toleransi saat dia menjadi minoritas sebagai Muslim di sana.
"Di Amerika, sebagai Muslim saya minoritas, di Bank Dunia saya kerja waktu Ramadhan saya puasa," ujar Sri saat membahas keberagaman dan toleransi dalam acara Temu Kebangsaan: Merawat Semangat Hidup Bersama, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis (19/12). "Bayangkan, pagi-pagi kita rapat, saya puasa, mereka minum kopi. Aduh enak banget baunya, apalagi kalau winter (musim dingin)," lanjut Sri disambut tawa tamu undangan dari berbagai lembaga, gerakan, dan komunitas.
Dalam acara itu hadir sejumlah tokoh seperti Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, hingga tokoh agama Quraish Shihab dan Romo Magnis Suseno. Acara digagas Gerakan Suluh Bangsa.
Sri melempar pertanyaan bagaimana perasaan ketika orang-orang tetap makan dan minum di depan orang yang sedang berpuasa. Akan tetapi, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena dia minoritas.
Namun, ketika ada yang mengetahui Sri tengah berpuasa, orang-orang di sekelilingnya mengucap maaf karena makan dan minum di hadapannya. Kondisi itu membuat Sri sangat senang, karena orang lain memahami perbedaan.
"Hal-hal kecil semacam itu menggambarkan, waktu Anda sebagai minoritas dan mereka memperhatikan kita untuk kebutuhan yang sifatnya sangat privat itu sangat berarti," kata Sri.
Sikap toleransi itu tidak hanya bisa diucapkan melalui ceramah. Sikap toleransi diajarkan melalui pengalaman berdasarkan perilaku-perilaku yang mencerminkan indahnya toleransi.
Sehingga, Sri mengajak agar pegawainya di Kementerian Keuangan bergaul tak hanya dengan sesamanya, yang agamanya sama, asalnya sama, dan tempat tinggal yang sama. Sri menyarankan mereka mencoba makan siang dengan orang yang berbeda, termasuk beda agama, agar mereka memahami perbedaan dan menumbuhkan toleransi.
"Makanya saya minta kalau Anda mau experience Anda nggak boleh hanya ketemu sama orang yang homogen seperti Anda. Supaya kita bisa memahami perbedaan," kata dia.
Tak hanya itu, Sri menyelipkan cerita lucu saat kejadian puasa tersebut. Beberapa orang di sana mengira bahwa berpuasa hanyalah menahan makan, tetapi tidak menahan minum.
"Jadi mereka berkata, are you also fasting? Not drinking? How come? For how long?," tutur Sri Mulyani menirukan ucapan orang-orang itu.
Bahkan, lanjut Sri, mereka justru menanyakan apakah Sri tetap bisa berpikir saat berpuasa. Serta menanyakan apakah tubuh Sri tetap bisa berfungsi saat dia tak makan dan minum.
"Waktu itu pas lagi summer (musim panas) itu bisa sampai 16 jam (berpuasa). Buka puasanya jam delapan atau setengah sembilan malam. (Orang-orang berkata) 'Can you still thinking? Are you still functioning?'," ungkap Sri yang sontak mengundang tawa tamu undangan.