Jumat 13 Dec 2019 23:15 WIB

Literasi Wakaf Perlu Terus Ditingkatkan

Para pemuka agama perlu telaten dan sabar mengedukasi wakaf kepa umat.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Wakaf
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Wakaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Syariah, Yusuf Wibisono menyoroti penyebab wakaf belum maju seperti zakat. Menurut dia, literasi umat terhadap wakaf masih lemah dan profesionalitas para nadzir harus ditingkatkan agar umat bisa melihat prestasinya.

"Jangankan wakaf, zakat saja masih banyak orang yang belum paham. Literasi zakat masih harus terus ditingkatkan, meski sudah jauh lebih baik tapi karena ada momentum Ramadhan, Zakat Fitrah dan Idul Fitri jadi literasi zakat sudah jauh lebih baik," ujar dia.

Baca Juga

Yusuf menegaskan, literasi wakaf umat Islam di Indonesia masih butuh banyak bantuan untuk ditingkatkan. Menurutnya para pemuka agama dan cendekiawan Muslim perlu telaten dan sabar memberikan edukasi tentang wakaf ke umat.

Hal yang tidak kalah penting, ia mengatakan, kinerja nadzir menjadi salah satu penyebab kenapa banyak umat yang masih enggan melaksanakan wakaf. Karena para nadzir belum menunjukan kinerja yang baik dalam mengelola aset wakaf

"Kalau nadzir bagus, amanah dan profesional, itu terbukti lumayan potensi wakaf yang terhimpun, kalau ada bukti pengelolaan wakaf yang baik, biasanya umat jauh lebih mudah diajak untuk wakaf," ujarnya.

Pengamat Ekonomi Syariah dari Universitas Indonesia ini mencontohkan, beberapa lembaga zakat yang sudah besar ketika meluncurkan program wakaf, dengan cepat umat mempercayakan aset wakafnya ke mereka. Karena mereka sudah terbukti baik pengelolaannya.

"Jadi ini harus saling menopang di satu sisi literasi wakaf ke umat dikuatkan, disisi lain nadzir harus menunjukan prestasi pengelolaan yang bagus," katanya.

Sebagaimana diketahui potensi wakaf uang pernah diteliti oleh Bank Indonesia (BI), potensinya sebesar Rp 77 Trilyun. Badan Wakaf Indonesia (BWI) juga pernah meneliti bersama UIN tentang potensi wakaf di Indonesia yang jumlahnya mencapai Rp 10 triliun per tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement