Kamis 12 Dec 2019 04:05 WIB

Warga Palestina Protes Permukiman Ilegal di Tepi Barat

Pasar barang antik Palestina akan dihancurkan untuk permukiman ilegal Israel.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina Protes Permukiman Ilegal di Tepi Barat. Foto ilustrasi pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Foto: EPA
Warga Palestina Protes Permukiman Ilegal di Tepi Barat. Foto ilustrasi pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Warga Palestina di Hebron melakukan unjuk rasa memprotes rencana Israel membangun permukiman ilegal di Tepi Barat.

Dilansir di Middle East Eye, Senin (9/12) unjuk rasa ini pun tersebar di beberapa wilayah dan dibubarkan oleh tentara Israel dengan gas air mata. Dua warga Palestina menjadi korban dan membutuhkan perawatan medis.

Baca Juga

Menteri Pertahanan Naftali Bennett menyetujui pemukiman baru dan pembangunan 70 apartemen. Dengan begitu, populasi pemukim Israel di Hebron bertambah dua kali lipat sejak pendudukan militer sejak 1967.

Pasar grosir barang antik yang dimiliki oleh pemerintah kota Palestina akan dihancurkan untuk proyek kontroversial itu. Hampir 800 pemukim Israel saat ini tinggal di pusat kota Hebron di bawah penjagaan militer di tengah 30 ribu penduduk Palestina. Total populasi Hebron saat ini sekitar 200 ribu orang.

 

Pada 1994, Israel menutup Jalan Shuhada utama setelah pembantaian Masjid Ibrahimi di mana 29 warga Palestina terbunuh oleh seorang pemukim Israel. Setelah serangan itu, Israel membagi situs suci, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai makam leluhur, menjadi ruang terpisah untuk digunakan oleh Palestina dan pemukim.

Imad Kharwat, seorang pejabat dari Fatah, Palestina yang menjabat di Tepi Barat, mengatakan kelompoknya mengajak unjuk rasa sebagai tanggapan terhadap penodaan pemukim Yahudi di Masjid Ibrahimi dan untuk mengirim pesan kepada dunia bahwa warga Palestina tidak akan berkompromi dengan tanah mereka.

Sejak pekan lalu, ratusan warga Palestina berduyun-duyun menghadiri shalat subuh setiap hari di Masjid Ibrahimi sebagai bagian dari protes. Mereka juga menyerukan pembukaan kembali Jalan Shuhada, yang dulu merupakan jalan komersial yang ramai. Saat ini jalan tersebut benar-benar tertutup dan hanya dapat diakses oleh pemukim Israel atau orang asing.

Sejak Bennett diangkat sebagai menteri pertahanan sementara pada (12/11), ia telah membuat beberapa langkah drastis dan konfrontatif. Di tanggal yang sama, Bennett menyetujui pembunuhan komandan Jihad Islam Baha Abu al-Atta dalam serangan udara di rumahnya di Gaza, yang menyebabkan bentrokan selama dua hari. Dalam serangan itu, 34 warga Palestina terbunuh oleh serangan Israel, termasuk wanita dan anak-anak, sebelum gencatan senjata disetujui.

Dia kemudian mengumumkan tentara Israel tidak akan lagi menyerahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh oleh pasukan Israel, terlepas dari afiliasi politik mereka. Dia juga membuat basis data para aktivis Palestina dan Arab untuk menargetkan arus keuangan mereka di Israel dan di luar negeri.

Menteri radikal tersebut juga telah menyusun rencana perang melawan adanya tentara Iran di Suriah. Editorial di harian Israel Haaretz mengatakan Bennett telah menghancurkan status quo lama di Hebron dengan keputusannya membangun permukiman baru. Koran itu mengatakan bahkan tentara Israel keberatan dengan keputusannya.

Ia menambahkan Bennett telah mengubah kementerian pertahanan menjadi markas besar untuk kampanye pemilihan berikutnya dan untuk mewujudkan impian para pemukim dan Israel sayap kanan di Tepi Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement