REPUBLIKA.CO.ID, PADANG- Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie umat Islam Indonesia jangan terus menerus disibukkan dengan stempel halal dan haram untuk memajukan perekonomian syariah. Menurut Jimly, sudah saatnya umat Islam Indonesia memperbanyak produk-produk halal dan pelaku ekonomi syariah.
"Kita jangan hanya sibuk dengan hukumnya saja tentang halal atau haram saja. Yang harus kita perkuat sekarang pelaku bisnisnya. Biar tidak hanya jadi konsumen," kata Jimly kepada Republika di Padang, Ahad (8/12).
Jimly sepakat dengan salah satu inti dalam pidato Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin saat membuka Silaturrahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI ke 29 pada Jumat (6/12) lalu. Wapres menyebutkan Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi negara konsumen produk halal tertinggi di dunia. Sementara produsen produk halal tertinggi adalah negara yang notabene minoritas muslim yakni Brasil dan Australia.
Jimly sepakat Indonesia harus memikirkan buat mengubah diri menjadi negara produsen produk halal. Jimly mengakui di saat Indonesia gencar dalam menggemakan ekonomi syariah dan produk halal, tapi lupa bahwa kenyataannya produsen produk halal atau pelaku ekonomi syariah di Indonesia masih sangat kecil.
"Berkembangannya ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia tak berbanding lurus dengan jumlah pengusaha muslim. Karena yang ditekankan hanya policy, politik, hukum. Padahal orang yang bergerak di usaha real, itu tak nampak," ujar Jimly.
Jimly menyebut kondisi ini menjadi PR bagi ICMI agar membantu mendorong berkembangnya pelaku usaha ekonomi syariah dan produsen produk halal di Indonesia. Karena potensi ini menurut dia sangat besar dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Indonesia secara umum.