REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Malaysia Datuk Mohamaddin Ketapi mengatakan, pariwisata halal dan ramah Muslim memiliki potensi yang begitu besar. Setiap tahun nilainya pun terus mengalami peningkatan.
"Pariwisata halal dan ramah Muslim global diperkirakan bernilai lebih dari 220 miliar dolar AS atau sekitar Rp 3 kuadriliun pada 2020," kata Mohammaddin saat peluncuran International Muslim Friendly Carnival 2019 (IMFC), dilansir di Bernama, Ahad (8/12).
Ia meminta Malaysia harus secara aktif mengembangkan konsep pariwisata ramah Muslim untuk menarik lebih banyak wisatawan Muslim ke negara itu. "Ini akan menghasilkan pendapatan yang menguntungkan dan menciptakan peluang kerja serta bisnis bagi penduduk setempat," kata dia.
Acara IMFC berlangsung selama lima hari pada 6-10 Desember. Gelaran ini dihadiri oleh lebih dari 1.000 pejabat pemerintah dan pemain industri yang diselenggarakan bersama oleh pemerintah federal dan negara bagian.
Berdasarkan Mastercard-Crescent Rating Global Muslim Travel Index, Malaysia berada di peringkat teratas selama sembilan tahun berturut-turut sebagai tujuan wisata halal utama dunia. Namun, Mohamaddin mengatakan, Malaysia masih perlu menggandakan upayanya untuk mempromosikan sektor pariwisata ramah Muslim.
"Sektor ini tumbuh pesat setiap tahun dengan lebih dari 165 juta Muslim di seluruh dunia diperkirakan akan memesan perjalanan mereka dan mengunjungi pilihan tujuan mereka tahun depan," ucap Mohamddin.
Mohamaddin mengungkapkan, negara-negara yang bukan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) seperti Inggris, Korea Selatan, dan Jepang sekarang bersemangat mengembangkan layanan dan fasilitasnya untuk menjadi lebih ramah Muslim. Ini termasuk untuk restoran halal, sehingga menarik lebih banyak wisatawan Muslim.
"Oleh karena itu, semua pihak harus meningkatkan produk dan layanan mereka, dan memperkuat upayanya," kata dia.