Sabtu 07 Dec 2019 13:18 WIB

Ketua ICMI: Mari Beragama Secara Substansi dan Esensi

Agama itu bukan hanya soal pakaian. Jangan sampai pakaian menimbulkan kecurigaan.

Rep: Febrian Fachri / Red: Budi Raharjo
Ilham Akbar Habibie (kiri), mewakili ayahnya Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, berpidato usai menerima penghargaan dari Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kanan) saat pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2019, di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, Sumatera Barat, Jumat (6/12/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Ilham Akbar Habibie (kiri), mewakili ayahnya Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, berpidato usai menerima penghargaan dari Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie (kanan) saat pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2019, di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, Sumatera Barat, Jumat (6/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengajak seluruh umat beragama agar mengedepankan substansial dan esensial dibandingkan mengedepankan artifisial superfisial. Sekarang ini kata Jimly banyak umat beragama mengedapankan artifisial dan superfisial dengan mengedepankan pakaian. Contohnya menggunakan celana cingkrang atau menggunakan cadar.

"Ada dua kemungkinan soal pakaian ini. Satu segi itu ekspresi cara beragama yang ekstrem. Dalam satu segi, itu adalah kulit. Beragama secara kulit itu artifisial, superfisial. Harusnya kita beragama itu mengedepankan esensial dan substansial," kata Jimly kepada Republika, Jumat (6/12) malam WIB.

Baca Juga

Jimly melihat banyak kecurigaan yang timbul terhadap orang-orang yang mengekspresikan cara hidup beragama dari segi artifisial dan superfisial. Sebenarnya bercelana cingkrang atau menggunakan cadar menurut Jimly bukanlah radikalisme, tapi superfisial.

Cara menghadapinya menurut jimly bukanlah dengan menuduh radikal. Tapi dengan cara memberikan desuperfisial. Yakni dengan mempersuasi bahwa beragama itu, jangan hanya mengurus pakaian.

"Makanya jangan dipukul rata, kita jangan melarang. Tapi kita beri persuasi dan disadarkan bahwa agama itu bukan pakaian. Jangan sampai pakaian menimbulkan kecurigaan," ucap Jimly.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement