Sabtu 07 Dec 2019 05:21 WIB

Double Beasiswa, Berprestasi dan Berbisnis Sosial ala Dela

Ia mengembangkan cake salak untuk mempertahankan buah lokal khas Yogyakarta.

Dela bersama cake salak,  Aqila Cake.
Foto: Dok Dela
Dela bersama cake salak, Aqila Cake.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --- Namanya Della Khoirul Ainia. Mahasiswi S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) Jurusan Filsafat. Dela adalah awardee dari dua beasiswa, yaitu Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) dari Laznas BSM Umat dan LPDP dari Kementerian Keuangan RI.

ISDP  merupakan pelopor program beasiswa wirausaha sosial bagi mahasiswa di beberapa kampus di Indonesia. Termasuk UGM. 

Dela meraih cumlaude dan lulus menyelesaikan Strata 1-nya di UGM selama tiga  tahun empat  bulan,  Jurusan Filsafat Konsentrasi Etika Terapan. Dela memiliki rahasia untuk membagi waktu kuliah, organisasi dan bisnisnya. “Caranya yaitu dengan tidak menunda setiap kewajiban,” katanya  dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Setiap selesai kelas perkuliahan, Dela langsung ke perpustakaan untuk mencari buku untuk referensi tugasnya. Selanjutnya Dela belajar sambil nyambi di kegiatan gelanggang beasiswa. Sembari memantau pemesanan bisnisnya dari gadget. Setali tiga uang, ketiga pencapaian Dela diraihnya, yaitu mendapatkan dua beasiswa, berprestasi dan menjalankan bisnis sosialnya.

Dela pertama kali berjualan  tahun 2014. Berjualan snack dan nasi box produksi keluarganya.  Pada 2017 Dela mulai berinovasi membuat cake dari salak. Saat program magang di beasiswa ISDP, Dela berkesempatan magang di Ina Cookies. “Banyak manfaat yang saya  rasakan selama magang di sana,” ujarnya. 

Dela jadi mengerti bagaimana memilih bahan berkualitas untuk memproduksi kue, mempelajari SOP produksi hingga detail di dalamnya. “Ilmu dari magang dan serial workshop di ISDP sangat  aplikatif untuk saya terapkan dalam  bisnis yang saya tekuni,” tuturnya. 

Bisnis sosial Dela adalah Aqila Cake. Aqila Cake memiliki salah satu produk unggulan yaitu cake salak yang dibuat langsung di Kecamatan Turi, Sleman, DIY. Turi merupakan daerah penghasil salak terbesar di Kabupaten Sleman. Saat ini, salak sudah jarang dibudidayakan karena harganya yang sangat murah. Sekitar seribu sampai dua ribu rupiah saja per kilogram saat panen. 

“Petani merasa terugikan karena operasionalnya yang lebih tinggi. Sehingga,  sebagian petani memilih untuk menanam tanaman lainnya seperti singkong,” paparnya.

Cake salak adalah sebuah inovasi dari buah salak. Sebelumnya, keripik salak dan dodol salak sudah marak diproduksi di Turi. Dela melihat peluang Yogya sebagai kota wisata yang sangat banyak pengunjungnya. Dela berharap bukan hanya bakpia yang menjadi oleh-oleh khas Jogja. 

“Cake salak juga bisa menjadi alternatif oleh-oleh khas Jogja lainnya. Salak juga merupakan buah lokal Yogyakarta. Jika di Malang ada apel, maka di Yogya ada salak,” tuturnya.

Cake salak memiliki keunggalan di antaranya mengangkat produk buah lokal. Membeli cake salak Aqila Cake, berarti sudah ikut mensejahterakan dan memberdayakan para ibu rumah tangga di Turi, Sleman yang mayoritas tidak berpenghasilan. Selain itu, bahan baku Cake Salak Aqila Cake tanpa campuran pewarna dan pengawet. “Setiap gigitan dari aqila cake mengandung keberkahan,” candanya.

Dulu cita-cita Dela adalah menjadi guru. Seiring berjalannya waktu, Dela menyadari bahwa apapun profesinya kelak, dirinya harus menebarkan manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang. Saat ini, Dela ingin menjadi ‘dosen masyarakat’. “Dosen masyarakat itu universitasnya ‘kehidupan’, tanpa aturan baku perkuliahan. Karena saya ingin ikut berkontribusi untuk masyarakat,”ungkap Dela mengenai cita-citanya saat ini. Tentu saja, bisnis sosialnya tetap dijalankan.   

Dela berharap usahanya semakin maju, bisa membantu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup para petani salak.  Sehingga, mereka tidak perlu menjual murah ke tengkulak karena bisa dibeli Aqila Cake dengan harga yang lebih tinggi dengan harga tiga kali lipat dari harga beli tengkulak. Salak yang dibelipun juga salak berkualitas sehingga mutu cake salak tetap terjaga.

Tentu saja ada tantangan tersendiri bagi Dela untuk menjalankan bisnis sosialnya. Pada awal tahun 2019 terjadi angin puting beliung di Turi sehingga banyak pohon salak yang tumbang. Kebun salak menjadi kering dan kurang produktif. Perkebunan salak di pinggir jalan juga tersisihkan untuk pemukiman. Kemauan masyarakat untuk menanam salak juga berkurang drastis. 

Dela berharap semoga pemerintah lebih gencar memberikan sosialisasi pada warga untuk menjaga buah lokal dan turut mendukungnya. Dela menyuarakan aksinya dengan memproduksi cake salak, sehingga harapannya dengan memulai dari lingkungannya sendiri, semakin banyak masyarakat yang mau terus menanam dan melestasikan salak di Turi, Sleman.

Dela bercita-cita untuk membuka outlet Aqila Cake di berbagai stasiun dan bandara. Sehingga, orderan meningkat dan tidak hanya cake salak yang diproduksi dari salak, tetapi juga ada produk lain seperti sambel salak, keripik salak dan dodol salak dengan kemasan yang menarik.

Dela bersyukur mendapatkan beasiswa ISDP dari Laznas BSM Umat.  Ia pun menaruh harapan  pada program ISDP. “Saya ingin sekali ISDP mengajak lebih banyak generasi muda untuk berwirausaha. Mewadahi milenial yang kreatif untuk bergabung di ISDP. Alhamdulillah sekali saya bisa bergabung di sini. Ini adalah bagian takdir Allah bisa bergabung di sini. Di sini saya mendapat berbagai manfaat yang tidak saya dapatkan  di tempat lain. Suatu kehormatan tersendiri bagi saya bisa bergabung di ISDP,” ungkap Dela.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement