Kamis 05 Dec 2019 07:49 WIB

Kemenag Minta Peneliti Sasar Folklor di Pesantren

Tak hanya folklor atau tradisi cerita lisan di pesantren, tetapi juga di masjid.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Pondok Pesantren. Peneliti untuk melakukan riset terhadap folklor atau tradisi lisan di pesantren. Tidak hanya di pesantren, peneliti juga harus mulai melakukan penelitian terhadap folklor yang ada di rumah-rumah ibadah, seperti di masjid atau langgar yang memiliki sejarah.
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Pondok Pesantren. Peneliti untuk melakukan riset terhadap folklor atau tradisi lisan di pesantren. Tidak hanya di pesantren, peneliti juga harus mulai melakukan penelitian terhadap folklor yang ada di rumah-rumah ibadah, seperti di masjid atau langgar yang memiliki sejarah.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI-- Kapuslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Kementerian Agama Muhammad Zein meminta kepada peneliti untuk melakukan riset terhadap folklor atau tradisi lisan di pesantren. Hal ini sampaikan Zein dalam acara Seminar Hasil Penelitian Isu-Isu Aktual Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan di Bekasi.

“Sejak saya menjadi Kapuslitbang saya meminta para peneliti untuk melakukan riset folklor keagamaan, dan menyasar tradisi lisan yang ada di pondok-pondok pesantren tua, yang memiliki sejarah panjang,” ujar Zein kepada Republika.co.id usai membuka acara tersebut di Bekasi, Rabu (4/12) malam.

Baca Juga

Tidak hanya di pesantren, menurut dia, para peneliti juga harus mulai melakukan penelitian terhadap folklor yang ada di rumah-rumah ibadah, seperti di masjid ataupun langgar yang memiliki sejarah. “Kita ini kan punya tradisi folklor atau tradisi lisan yang sangat kaya di masyarakat. Folklor itu sesunguhnya menyimpan memori intelektual bangsa. Dengan folklor kita bisa melihat bangsa kita ini bangsa cerdas,” ucap Zein.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Menurut Zein, folklor tersebut merupakan cara yang digunakan para leluhur untuk menyimpan memori intelektualnya.

“Folklor itu cara leluhur kita untuk menyimpan memori intelektualnya agar bisa diwariskan sebagai legecy bagi generasi berikutnya. Folklore itu bermacam-macam, tentang kejujuran, tentang kesabaran, tentang kepahlwanan, keberanian,” kata Zein.

Dia menambahkan, Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Kemenag selama ini telah banyak melakukan penelitian terkait dengan folklor keagamaan. Namun, menurut dia, penelitian terkait hal itu harus terus dilakukan untuk membentuk karakter generasi bangsa.

“Untuk di Lektur sendiri sudah banyak sekali.  Sudah ribuan tradisi lisan yang dikumpulkan, mualai terkait dengan pendirian pondok pesantren, tokoh-tokoh agama, atau pun tokoh pendiri masjid,” jelas Zein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement