Selasa 03 Dec 2019 04:00 WIB

Beredar Mushaf Libya Dipalsukan, Ternyata Ini Faktanya

Mushaf LIbya menggunakan riwayat Qalun.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Nashih Nashrullah
Mushaf Libya riwayat Qalun
Foto: Dok istimewa
Mushaf Libya riwayat Qalun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Belakangan beredar mushaf daring dari surah al-Fatihah dengan gaya penulisan berbeda. Mushaf daring itu diklaim sebagai mushaf palsu dari Libya. Benarkah demikian?

Ahli fikih yang juga Direktur Rumah Fiqih Indonesia (RFI), Ustaz Ahmad Sarwat, menjelaskan perbedaan qiraat mempengaruhi penulisan mushaf Alquran. 

Baca Juga

Dia mencontohkan mushaf pada halaman pertama  yang biasa dipakai orang-orang Libya.

Secara ilmu qiraat,  kata Ustaz Ahmad Sarwat, mushaf itu mengacu pada riwayat Qolun. Sementara itu, kata dia, di Indonesia mushaf mengacu pada riwayat Hafs.

"Secara fikih, mereka yang tinggal di Libya bermazhab Maliki. Mereka meyakini bahwa  bismillahirrahmanirrahim bukan ayat pertama dalam al-Fatihah. Ayat pertama langsung ayat alhamdulillahi rabbil alamin," kata Ustaz Ahmad Sarwat dalam pesan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (2/12). 

Dia menerangkan, keberadaan bismillah dalam surah Al-Fatihah sama dengan bismillah pada semua surah. Hal itu, lanjutnya, sebagai wujud pembatas jeda antara satu surat dengan yang lain.  

Namun, dalam pandangan orang Libya, surah al-Fatihah tetap terdiri dari tujuh ayat. Sebab, ayat terakhir yang biasanya di mushaf Indonesia memiliki panjang dua baris lantas dipotong menjadi dua bagian. 

صراط الذين أنعمت عليهم (٦)

غير المغضوب عليهم ولا الضآلين (٧)

Sementara, mushaf Indonesia yang berbasis pada Hafs, ayat pertama bismillah dan ayat ketujuh adalah gabungan semuanya.

صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضآلين(٧)

Dia menambahkan, orang Libya membaca kata “maliki” secara pendek (ملك). Sedangkan, di Indonesia, sejak kecil memanjangkan huruf mim. "Kalau ditulis secara imla'i menjadi (مالك)," terangnya.

Lalu apakah perbedaan panjang pendek huruf mim ini mengubah arti? Menurutnya, tentu saja beda antara raja (ملك) dan pemilik (مالك). Namun, dia mengatakan, keduanya riwayat  yang mutawatir bersumber dari Rasulullah SAW, Jibril, dan Allah SWT.

"Yang belum paham semoga bisa semakin memahami kedudukannya dan jangan main tuduh bahwa ada pemalsuan Alquran. Ini bukan pemalsuan, tapi ini adalah bagian dari luasnya khazanah keilmuan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement