REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menghafal Alquran merupakan aktivitas yang tak lepas dari tuntutan adab bagi pelakunya. Praktisi Tahfidz Bahirul Amali Herry berbagi adab-adab dalam menghafal Alquran, seperti apa?
Seperti kata Imam Syafi’i, ilmu Allah sulit didapat jika diperoleh dalam keadaan diri sedang berbuat maksiat atau dosa. Dalam kitab Ianatut Thalibin, Imam Syafi’i bercerita: “Syakautu ila waki’i su-a hifzhi fa arsyadani ila tarkil-ma’ashi wa akhbarani biannalima nurun. Wa nurullahi la yuhda li-ashi.”
Artinya: “Aku pernah mengadukan kepada Imam Waki’i (guru Imam Syafi’i) tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau mengatakan padaku untuk meninggalkan maksiat. Imam Waki’i berkata ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para ahli maksiat.”
Untuk itu, menghafal Alquran pun harus diiringi dengan akhlak yang baik. Mulai dari menghapal menghadap kiblat (jika dimungkinkan), bersuci atau minimal berwudhu, dimulai dengan membaca bismillah, hingga meninggalkan tertawa terbahak-bahak yang dapat mengundang masuknya syaithan ke dalam rongga dada.