Jumat 22 Nov 2019 06:51 WIB

Kejujuran Penjaga Kebun Anggur dan Sang Hakim yang Bijak

Penjaga anggur bersikap jujur pada sang majikan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Kebun anggur di sekitar Masjid Addas, Thaif.
Foto: Muhammad Hafil
Kebun anggur di sekitar Masjid Addas, Thaif.

REPUBLIKA.CO.ID, Islam sangat menekankan kejujuran dan melarang keras kebohongan. Banyak ayat Alquran dan hadis Rasulullah SAW yang menegaskan hal tersebut.

Salah satu di antaranya adalah QS at-Taubah ayat 119, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur),". 

Baca Juga

Sebagaimana dinukilkan dari kitab Sa’atu as-Sa’ah karya Syekh Mahmud al- Mishri, di Kota al-Marwa Makkah, terdapat seorang bernama Nuh bin Maryam. Ia seorang kepala negara dan sekaligus jaksa agung di kota tersebut. Selain sebagai seorang pejabat, ia juga dikenal sebagai orang yang kaya harta dan memiliki budak sebagai pesuruhnya.

Walaupun memiliki kelebihan kenikmatan duniawi yang serba berkecukupan, Nuh bin Maryam selalu bersikap bijak dalam menghadapi berbagai permasalahan. Alkisah, suatu ketika Nuh bin Maryam mem berikan amanah kepada budaknya yang bernama Mubarok. 

Dia berkata, "Wahai Mubarok, jagalah kebun anggurku, peliharalah, siramilah sampai waktunya panen tiba." 

Selanjutnya, Mubarok pun bermukim di kebun anggur sang majikan dan memelihara kebunnya. 

Setelah beberapa bulan kemudian, sang majikan datang ke kebunnya dan memanggil budaknya. 

Dia berkata, "Wahai Mubarok, ambilkan aku setangkai anggur, aku ingin sekali mencicipi anggur hasil pemeliharaanmu.” Mubarok bergegas memetik setangkai anggur dan diberikan kepada tuannya. 

Namun, apa yang terjadi? Setelah tuannya memakan sebutir anggur, dia pun membuangnya dan sambil berkata, "Ini masam, Mubarok," dengan nada kecewa sang majikan kembali memerintah sang budak itu, "carikan anggur yang manis." 

Mubarok kembali memetik anggur, dan memberikannya kepada tuannya. "Ini juga masam, carikan yang manis!" kata-kata itu kembali keluar dari mulut sang majikan. Mubarok pun mengambilkan anggur yang ketiga kalinya. Lagi-lagi, wajah majikan menandakan raut muka kecewa setelah memakannya. "Ini masam, Mubarok!"

Akhirnya, majikannya marah dan berkata, "Apakah kau tidak bisa membedakan mana anggur yang manis dan masam?" Lalu, Mubarok berkata, "Wahai tuanku, aku tidak dapat membedakannya, tuan. Sebab, aku tak pernah mencicipinya."

Mendengar jawaban itu, alangkah herannya sang majikan dan berkata, "Kau tidak pernah mencicipinya? Padahal, kau sudah sekian lama aku tugaskan menjaga kebun ini." 

"Iya tuan. Engkau menugaskan aku untuk menjaganya, bukan untuk mencicipinya. Karenanya, aku tidak berani mencicipinya walaupun satu buah," jawab Mubarok.

Nuh bin Maryam akhirnya tidak jadi marah. Persoalan tidak mendapatkan anggur yang manis terlupakan begitu saja. Dia berdiam sejenak dan merenung dengan penuh kekaguman atas sikap kejujuran sang penjaga kebunnya. 

Belum pernah dia mendapati seseorang yang lebih jujur dan memegang amanah melebihi budak di hadapannya ini. Akhirnya, Mubarok dimerdekakan dan diberikan harta yang berkecukupan untuk bekal kehidupannya. Dia kini dikenal sebagai Abdullah bin Mubarak (244 H) yang dikenal sebagai ahli fikih dan hadis.

   

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement