Selasa 26 Nov 2019 03:29 WIB

Mengenal Siti Hajinah Mawardi, Motor Dakwah Aisyiyah

Siti Hajinah menggerakkan dakwah perempuan di Aisyiyah Muhammadiyah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Siti Hajinah Mawardi
Foto: Muhammadiyah
Siti Hajinah Mawardi

REPUBLIKA.CO.ID, Siti Hajinah Mawardi merupakan tokoh perempuan Islam Indonesia yang bergerak di bidang dakwah melalui organisasi perempuan Muhammadiyah, yaitu Aisyiyah. 

Dia berperan besar dalam mendakwahkan Islam kepada kaum perempuan Indonesia, khususnya di lingkungan Muhammadiyah.

Baca Juga

Sepak terjangnya dalam mendidikan perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia mendorong bedirinya perpustakaan bagi kaum perempuan agar bisa berkontribusi buat bangsa ini. Namun, peranan Siti Hajinah Mawardi yang paling terkenal adalah menjadi perwakilan dari Aisyiyah untuk mengikuti Kongres Perempuan Indonesia Pertama.

Dalam buku berjudul "100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi" dijelaskan, Siti Hajinah bersama Nyi Hajar Dewantara dan Ibu Ali Sastraamidjaja menjadi pemrakarsa dan perintis diselenggarakannya Konggres Perempuan pertama pada 27 Desember 1928 di Dalem Joyodipuran Jl Brigjend Katamsa 23 Yogyakarta.

Pada saat menjadi pembicara dalam Kongres Perempuan Indonesia pertama pada 1928, Siti Hajinah Mawardi saat ini masih berusia 22 tahun. Namun, pada usia itu ia tidak membuang kesempatan untuk berkeliling Indonesia untuk berjuang bersama para pejuang Indonesia lainnya.

Dengan berkeliling Indonesia, wawasannya pun semakin bertambah. Ia  akhirnya bisa mengenal tanah airnya yang tersebar di berbagai pulau. Di samping, dia juga bisa mengenal banyak saudara-saudara setanah airnya.   

Dalam buku berjudul "100 Tokoh Muhammadiyah yang Menginspirasi" dijelaskan, ketika menjabat sebagai pimpinan Pusat Aisyiyah, dia juga bertugas keliling Indonesia dalam menyebarkan pemikirannya tentang Aisyiyah pada 1930.

Dalam tugas itu, ia telah menjelajahi berbagai pelosok tanah air mulai dari ujung selatan pulau Sumatera sampai ujung utara. Menembus daerah-daerah luas di Kalimantan, Makassar, Gorontalo, Manado, dan wilayah Indonesia lainnya.

Ketika melaksanakan tugas ke daerah pedalaman di Sengkang Sulawesi, ia mengalami kesulitan bahasa daerah penduduknya. Penduduk di situ belum bisa berbahasa Indonesia, sehingga ia pun menggunakan penerjemah bahasa daerah.  

Namun, ketika di Gorontalo, Manado, dan Ambon, sebagian besar penduduknya  bisa berbahasa Belanda, sehingga ia pun berpidato dalam bahasa Belanda dengan lancar dan fasih. 

Karena itu, masyarakat secara spontan menaruh rasa hormat pada Siti Hajinah. Kepandaiannya berdakwah itu mengakibatkan ia mendapat sukses dan terkenal di seluruh penjuru Nusantara.

Dalam berdakwah, Siti Hajinah juga memiliki taktik strategi dalam menghadapi polisi-polisi Belanda dan Jepang. Sebelum ia memasuki daerah tertentu untuk berdakwah, ia terlebih dulu mengkaji adat-istiadat daerah setempat itu.

photo
logo 'aisyiyah

Sebelum berdakwah, dia selalu memperlajari tata cara kehidupan masyarakat. Dia juga mencari tahu tentang penguasa yang sedang memerintah serta keadaan polisi-polisi Belanda dan Jepang yang mengawasi mubaligh-mubaligh yang melakukan kegiatan dakwahnya. Dia mencari tahu dulu apakah pemerintah setempat mengontrol secara ketat terhadap mubaligh-mubaligh Islam atau tidak.

Selama aktif di Aisyiyah, ia mengajarkan pelajaran agama Islam terutama di kalangan kaum wanita. Selain itu, ia juga memberikan pengetahuan tentang kegiatan kerumahtanggaan atau kepandaian puteri yang dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam. 

Hajinah dikenal sebagai pendidik yang pandai, sehingga dia pun diminta mengajar di beberapa sekolah seperti MULO Negeri Ngupasan, Neutrale MULO di Gondolayu dan MULO Negeri di Magelang. 

Siti Hajinah wafat pada Ahad 27 April 1991 di RSU PKU Muhammadiyah dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta. Sebagai pendakwah perempuan, pengabdiannya terhadap bangsa ini telah ia tunjukkan pada masa perjuangan maupun pada masa setelahnya. Ia merupakan salah satu aktivis muslimah Indonesia yang dapat menjadi teladan bagi generasi saat ini.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement