Senin 25 Nov 2019 16:53 WIB

Kerja Sama dengan Republika, ACT Sumbang Perahu Nelayan

ACT terus berikhtiar untuk membantu mempercepat proses pemulihan korban bencana Palu.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Gita Amanda
ayasan Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (Global Wakaf ACT) bekerja sama dengan Media Republika menyalurkan bantuan delapan unit perahu wakaf.
Foto: ACT
ayasan Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (Global Wakaf ACT) bekerja sama dengan Media Republika menyalurkan bantuan delapan unit perahu wakaf.

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Yayasan Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (Global Wakaf ACT) bekerja sama dengan Media Republika menyalurkan bantuan delapan unit perahu wakaf beserta alat tangkap ikan bagi korban gempa bumi, tsunami serta likuefaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi pada 28 september silam.

Implementator program Global Wakaf ACT Mohammad Jakfar mengatakan perahu itu diperuntukan untuk enam belas kepala keluarga. Masing-masing perahu itu digunakan dua kepala keluarga.

Baca Juga

"Penerima perahu wakaf tersebut sebelumnya telah didata lebih dulu agar penerima manfaat tersebut benar-benar tepat sasaran," jelas dia dalam siaran pers yang diterima Republika,  Senin (25/11).

Menurut Jakfar seluruh nelayan penerima manfaat itu juga akan diberikan pendampingan untuk mengawal proses pemasaran, sehingga nelayan setempat tidak kesulitan menjual hasil tangkapan. Selain itu pendampingan juga dilakukan untuk memberikan penguatan-penguatan yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi.

"Masing-masing kelompok nelayan itu juga akan mendonasikan 20 persen dari hasil penjualan. Nantinya akan digunakan untuk perbaikan perahu maupun modal usaha bagi ibu-ibu nelayan setempat untuk mengelola hasil laut," jelas Jakfar.

Ilham warga dusun 2 Desa Wani I mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap yang turut membantu dan peduli terhadapa ekonomi mereka pascatsunami meluluhlantakan rumah dan alat kerja mereka.

“Bantuan ini sangat membantu kami khususnya nelayan di Wani I ini. Kami saat ini hanya kerja serabutan karena kami kehilangan pekerjaan. Dari hasil kerja serabutan itulah kami makan setiap harinya. Sekali lagi terima kasih ACT,” ungkapnya.

Sebelumnya bencana tersebut tidak hanya menelan ribuan korban jiwa namun juga berdampak pada mata pencaharian masyarakat setempat khususnya petani dan nelayan.

Seperti di Desa Wani I kecamatan tanantovea Kabupaten Donggala, meski sudah satu tahun pasca bencana sebagian nelayan setempat kini masih bekerja serabutan akibat perahu mereka rusak dihantam tsunami.

Salah seorang warga di wilayah itu, Irsan (40 tahun) mengaku bencana alam telag merusak rumah dan alat kerjanya seperti perahu dan alat tangkap ikan.

“Waktu gempa kemarin itu tidak hanya merusak rumah saya, namun juga merusak perahu dan alat tangkap  nelayan termasuk perahu milik saya. Kalau dihitung-hitung kerugian  saya itu kurang lebih 10 juta rupiah," kata Irsan ketika ditemui tim ACT belum lama ini.

Hingga kini ACT terus berikhtiar untuk membantu mempercepat proses pemulihan ekonomi korban bencana alam di Kota Palu, Sigi, dan Donggala. ACT juga membantu kesulitan ekonomi petani di Kabupaten Sigi dengan membangun sumur yang diperuntukan bagi lahan pertanian yang saat ini masih dalam proses pembangunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement