Senin 25 Nov 2019 10:43 WIB

Angka dan Sistem Numerik India yang Diungkap al-Biruni

Sejumlah literasi menggambarkan ilmuwan Muslim tertarik meneliti sistem numerik India

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
(ilustrasi) Peradaban India
Foto: tangkapan layar british library
(ilustrasi) Peradaban India

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak begitu jelas bagaimana mulanya bangsa Arab mengetahui sistem angka dari peradaban India. Hingga akhirnya sistem angka ini dipakai hingga saat ini.

Sejumlah literasi menggambarkan bagaimana ilmuwan Muslim tertarik meneliti sistem numerik India. Kalau itu, wilayah pemerintahan Islam sudah mendekati anak benua India.

Baca Juga

Al-Biruni (973-1050), seorang ilmuwan serba bisa dari era keemasan Islam menguraikan tentang sistem angka India dalam karyanya, Kitab fi Tahqiq i Ma Li'l Hind (1030), sebagaimana di kutip Georges Ifrah dalam bukunya, The Universal History of Numbers: From Prehis tory to the Invention of the Computer (2000). Bangsa India tidak menggunakan huruf untuk berhitung.

Tampilan huruf-huruf (yang mereka gunakan untuk menulis) beraneka ragam di tiap wilayah (di Anak Benua India) sehingga simbol-simbol yang mereka pakai untuk berhitung pun beragam.

Inilah yang disebut sebagai anka. Para peneliti dari abad modern menemukan, anka sudah dipakai kaum brahmana di India dalam kitab-kitab mereka pada abad ketiga. Namun, angka brahmi demikian namanya tidak sampai menggunakan metode desimal dan angka nol.

Mereka memiliki simbol-simbol tersendiri untuk menjelaskan makna 'satu' hingga 'sembilan'. Begitu pula dengan 'sepuluh', 'dua-puluh', 'tiga-puluh', dan seterusnya yang memiliki kelipatan 10.

Sebagai contoh, untuk menyimbolkan makna 'dua ratus lima puluh enam', maka angka 200, 50, dan enam mesti diletakkan secara berurutan dari kiri ke kanan. Penampakan angka brahmi demikian dapat dijumpai pada tugu batu yang di dirikan Ashoka, penguasa India dari abad ketiga, di Sahasram.

Sejak kapan simbol 'nol' muncul di India? Encyclopedia Britannica menjelaskan, berbagai artefak dari peradaban India Kuno sebelum abad kesembilan tidak menyebutkan suatu simbol apa pun untuk angka nol. Bagaimanapun, pada 2017 lalu Universitas Oxford merilis hasil penelitian yang cukup menarik.

Temuan itu berawal pada 1881. Seorang petani lokal menemukan sebuah manuskrip di area persawahan Desa Bakhshali, dekat Kota Peshawar (kini bagian dari Pakistan). Pada 1902, pemerintah kolonial Inggris kemudian memboyong benda tersebut ke London untuk disimpan.

Guru besar matematika Universitas Oxford, Marcus du Sautoy, menjelaskan, para peneliti pada abad ke-20 menemukan banyaknya simbol titik pada manuskrip tersebut. Simbol-simbol itu belakangan diketahui merujuk pada makna 'nol.'

Du Sautoy mengatakan, simbol demikian dapat dipastikan sebagai cikal-bakal angka nol pada berbagai naskah dari India yang muncul pada abad ketujuh. Misalnya, Brahmasphutasiddhanta karya ahli matematika sekaligus astronom India, Brahmagupta.

Sebelum penemuan manuskrip Bakhshali, para ahli umumnya meyakini teks yang ditulis pada tahun 628 Masehi itu adalah yang paling awal menampilkan angka nol dalam sejarah peradaban India. Namun, keyakinan itu tergoyahkan setelah para peneliti Barat berhasil melakukan uji radiokarbon atas naskah Bakhshali.

Hasilnya, satu lembar sampel dari manuskrip tersebut diketahui berasal dari masa sekitar tahun 224-383 Masehi. Artinya, usia dokumen Bakhshali jauh lebih tua daripada naskah karya Brahmagupta. Secara keseluruhan, lanjut du Sautoy, teks Bakhshali menggunakan bahasa Sanskerta Kuno. Isinya menceritakan tentang panduan bagi para pedagang yang hendak melewati Jalur Sutra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement