REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di usianya yang sudah berkepala enam, Utin Rustini masih saja sibuk di dunia dakwah. Ustazah ini kerap berkeliling Nusantara untuk mengampanyekan gerakan santripreneur di pesantren-pesantren.
Berlatar belakang santri, Ustazah Utin mengaku kerap memperhatikan lingkungan sosial. Dia menyadarkan kepada masyarakat dari pentingnya berhijab hingga bagaimana ketahanan pangan mampu diemban minimal dari lingkup keluarga.
Gerakan santripreneur pun tak lepas dari peran sosok ustazah yang ramah ini. Bermula dari semangat me mupuk kemandirian pangan dan ekonomi untuk kaum ibu, dia berupaya menyadarkan pentingnya ke man dirian pangan lewat gerakan santripreneur.
"Saya lihat bahwa santri jangan hanya belajar teori, tapi juga praktik. Kita ajarkan berproduksi dan berdagang, untuk kemandirian pangannya kelak," kata Ustazah Utin saat dihubungi Republika, belum lama ini,
Dari sana, gagasan mengenai santripreneur dikembangkan. Bermodalkan relasi dan jaringan majelis taklim, Ustazah Utin tak ragu untuk membuka diri ke sejumlah ahli yang berkecimpung di bi dang pangan na sional. Perempuan lulusan Universitas Siliwangi ini terlihat terus haus akan ilmu pengetahuan.
Dalam memperluas jaringannya, dia menggandeng sejumlah ahli dari Kementerian Pertanian (Kementan), Institut Pertanian Bogor (IPB), PT Medco Energi Internasional Tbk, dan sejumlah pesantren yang juga memiliki minat berwirausaha. Dari sini, Ustazah Utin terus mengasah ke mam p uan mengenai kemandirian dan wirausaha pangan.
Dia pun menularkan ilmunya kepada sejumlah santri yang berada di bawah naungannya, yakni Pondok Pesantren Pemberdayaan Umat dari Yayasan Jamiatul Hidayah. Kepada mereka, dia kerap menggelar sejumlah pelatihan dan praktik bercocok tanam hingga manajemen bisnis yang terukur.
Tak hanya kepada para santri, gerakan ini juga terbuka untuk kancah nasional. Pesantrennya kerap bekerja sama dengan sejumlah lembaga mendatangkan siswa-siswi SMP dan SMA untuk bermukim selama dua bulan di Pesantren Pemberdayaan Umat.
Tujuannya adalah untuk mengikuti pelatihan dan mekanisme gerakan santripreneur yang telah dirancang. Para santri yang hadir juga dapat beribadah secara berjamaah dan merasakan langsung ba gai mana memproduksi makanan yang akan ia konsumsi.
"Alhamdulillah sekarang sudah ada enam tingkatan santri yang ber mukim. Setiap tingkatan ini ada sekitar 20 orang," ungkapnya.
Dia berharap, gerakan santripreneur terus berkembang dan dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa. Ustazah Utin percaya bahwa bangsa yang kuat mampu menghasilkan sendiri pangan yang akan dia konsumsi, minimal dari piring nasinya sendiri.
Selanjutnya, dia pun berharap para santri yang telah berkecimpung di dunia wirausaha untuk dapat terus menyebarkan virus-virus kebaikan. Baik itu di lingkup ekonomi, pendi dikan, maupun pemberdayaan ma sya rakat.
Sebagaimana yang ditekankan pada agama, kata Ustazah Utin, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sekitarnya. Jangan sampai hidup ini hanya dilalui sekadar hidup untuk diri sen diri namun lupa dengan lingkungan sekitar. Islam mengajarkan bagai mana umatnya untuk terus menyeimbangkan antara ibadah individual dan ibadah sosial, serta menyeimbangkan antara akhirat dan dunia. "Khairunnas, anfa'uhum linnas," ujar dia.