REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pekan lalu ketika Israel kembali memborbardir Gaza, sebanyak 35 orang meninggal dunia, 111 orang mengalami luka-luka. Melihat banyaknya korban luka dan kondisi akses di Gaza yang sulit, Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendistribusikan bantuan berupa alat-alat medis kepada 338 jiwa dan mendirikan Indonesia Medical Clinic.
Bantuan diberikan kepada mereka yang terluka akibat serangan dari Israel dan juga korban luka saat Great Return March (GRM) lalu. Sementara berbagai akses untuk warga di Gaza, banyak yang dibatasi. Kondisi ini memperparah warga yang menderita luka-luka atau pun sakit di Gaza.
Khodor Aldaraj, peneliti konflik di Gaza, kepada Tim ACT mengatakan Gaza sekarang ini bagai sebuah penjara raksasa, sehingga akses masuk dan keluar benar-benar dibatasi.
“Sungguh, jika seseorang menderita sakit parah di Gaza, seolah dia sudah mendapatkan vonis mati. Mungkin dia masih dapat selamat seandainya mendapatkan pengobatan, tetapi mereka (para penjajah) memvonis mati orang tersebut dengan menghalangi masuknya obat-obatan dan perlengkapan medis untuk masuk Gaza,” ujar Khodor.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendistribusikan bantuan berupa alat-alat medis kepada 338 jiwa dan mendirikan Indonesia Medical Clinic.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) pun mendistribusikan bantuan berupa alat-alat medis dan telah mendirikan Indonesia Medical Clinic. Selain mendapatkan bantuan dari sisi medis, para korban juga diberikan santunan sesuai dengan kebutuhan di sana.
Khodor mengatakan ada beberapa bantuan yang diberikan kepada mereka, seperti alat bantu untuk berjalan, popok orang dewasa, obat-obatan, pembersih luka, dan perban. Bantuan-bantuan ini diberikan kepada mereka yang terluka akibat serangan dari Israel dan juga korban luka saat Great Return March (GRM) lalu.
Indonesia Medical Clinic kemudian digunakan untuk pelayanan medis untuk tahap awal atau emergency buat para korban yang tidak harus mendapatkan bantuan advanced di rumah sakit. "Tempat yang diinisiasi ACT ini, tetap menyediakan tenaga dokter umum dan dokter ahli untuk menjadi tempat konsultasi dan pemberian obat-obatan,” ujar Andi Noor Faradiba, Tim Global Humanity Response (GHR)-ACT.
Setiap pekan, puluhan hingga ratusan orang terluka dalam Great Return March, termasuk perempuan dan anak yang ikut dalam aksi tersebut. Unjuk rasa yang biasa dilakukan masyarakat Palestina di perbatasan Gaza ditangguhkan pada Jumat lalu. Hal itu merupakan arahan Komisi Nasional Great Return March melihat kondisi eskalasi agresi Israel ke wilayah-wilayah Gaza sejak, Selasa (12/11) lalu.
“Kita berikan bantuan dari dermawan Indonesia untuk warga Kota Gaza, Gaza Utara, serta wilayah Shijayyah. Rencananya kita akan ada lanjutan bantuan untuk warga yang menderita luka-luka. Kita sedang dalam proses pengaktifan Indonesia Medical Clinic untuk bantuan yang lebih holistik. Saat ini kita sedang melakukan cat ulang, penambahan listrik, lampu, furnishing,dll. Insya Allah, kami targetkan klinik akan aktif beroperasi mulai minggu depan,” tutup Faradiba.