Jumat 22 Nov 2019 17:57 WIB

Bahasa Alquran yang Menakjubkan

Bahasa yang digunakan dalam Alquran memiliki nilai sastra yang tinggi.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agung Sasongko
Rosihon Anwar, Pakar Tafsir Alquran, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Cecep Taufikurrohman, Ketua Yayasan Misykat Rabbaniyyah Bandung yang juga murid Prof Muhammaf Dawud membedah buku profesor asal Mesir berjudul Bahasa Al-Quran yang menakjubkan: Antara hakikat mukjizat dan tuduhan kaum waham di Masjid Salman ITB, Jumat (22/11).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Rosihon Anwar, Pakar Tafsir Alquran, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Cecep Taufikurrohman, Ketua Yayasan Misykat Rabbaniyyah Bandung yang juga murid Prof Muhammaf Dawud membedah buku profesor asal Mesir berjudul Bahasa Al-Quran yang menakjubkan: Antara hakikat mukjizat dan tuduhan kaum waham di Masjid Salman ITB, Jumat (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Alquran memiliki kemukjizatan bahasa yang tidak tertandingi sepanjang masa. Bahasa didalamnya pun bukan bahasa biasa namun memiliki bahasa sastra yang tinggi. Tidak hanya itu, serangan-serangan dari pihak-pihak yang tidak menyenangi dan ditujukan kepada Alquran hingga saat ini tidak bisa menandingi keberadaan Alquran.

Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Pakar Tafsir Alquran, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rosihon Anwar menjelaskan tentang isi buku "Bahasa Alquran yang menakjubkan: antara hakikat mukjizat dan tuduhan kaum waham" karya Muhammad Imam Dawud di Masjid Salman, Jumat (22/11).

Ia mengungkapkan, bahasa yang digunakan dalam Alquran memiliki nilai sastra yang tinggi. Oleh karena itu, menurutnya memahami Alquran tidak hanya menyandarkan diri pada terjemahan. Namun harus membaca pendukungnya, salah satunya yaitu tafsir Alquran.

"Persoalannya kan tafsir mana yang perlu dibaca oleh pembaca. Tentu tafsir yang ditulis oleh orang yang mumpuni menulis tafsir," katanya.

 

Di Indonesia, Rosihon mengatakan bagi pembaca Alquran yang tidak memiliki latarbelakang Bahasa Arab dan tafsir. Maka bisa menggunakan tafsir Bahasa Indonesia yang ditulis oleh salah satunya pakar seperti Quraish Shihab.

Menurutnya, menulis tafsir membutuhkan berbagai keahlian dan tidak semua orang bisa menulis tafsir. Tidak hanya itu, upaya menyampaikan isi Alquran kepada masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan bahasa sederhana oleh mubaligh atau ustaz.

"Ada asuhan saya, gerakan peduli bahasa Alquran memunculkan bahasa Alquran dengan bahasa sederhana," ungkapnya.

Dirinya pun mengimbau kepada masyarakat untuk memahami Alquran maka harus bertanya kepada ahli. "Jangan menyandarkan diri pada sumber yang gak jelas dan itu menyebabkan orang salah menafsirkan," katanya.

Cecep Taufikurrohman, Ketua Yayasan Misykat Rabbaniyyah Bandung yang juga murid Prof Muhammad Imam Dawud mengatakan gurunya tersebut dalam buku tersebut ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa Alquran bukan kitab sembarangan dan tidak terdapat celah dan keraguan di dalamnya.

"Kalau dikontekskan buku lain, beliau ingin memberikan penjelasan ke umat. Apapun tuduhan yang disampaikan ke Islam dan mengatasnamakan apapun itu tidak benar. Kita menjawab tuduhan itu dengan tenang, damai dan ilmiah, tidak boleh emosional," katanya.

Cecep mengatakan memahami Alquran harus dilakukan dengan cara salah satunya memperoleh narasumber yang benar dan tepat. Menurutnya, banyak anak muda yang mengatasnamakan Islam. Namun memiliki pemahaman yang jauh dari Islam sebab bertanya bukan kepada yang tepat.

"Saya kira tanggungjawab kita mendalami Alquran untuk menghadirkan Islam yang dipahami oleh siapapun," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement