Selasa 19 Nov 2019 23:59 WIB

Ketika Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Lebih Utamakan Orang

Ali bin Abi Thalib dan Fatimah contoh kesehajaan.

Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID,  

Tak mudah untuk mendahulukan kepentingan orang lain, atau mengutamakan mereka yang kesusahan lebih dulu dibanding kita.  

Baca Juga

Meski Fatimah putri Rasul Allah, hidupnya tidak bergelimang harta. Pernikahan Fatimah dan Ali bin Abu Thalib pun sangat sederhana. Keduanya menempati sebuah rumah yang kondisinya sama dengan rakyat jelata.

Ali tidak mampu mengupah pelayan. Maka, Fatimah dan Ali bahu-membahu menyelesaikan pekerjaan rumah, selain berdakwah. Keduanya kerap keletihan. Maka, ketika Nabi tiba dari salah satu peperangan membawa ghanimah dan tawanan, Ali berkata, ''Hai Fatimah, aku capai hingga dadaku melepuh. Ayahmu datang dengan membawa tawanan. Pergilah ke sana, minta seorang pelayan untuk membantumu.''

Fatimah yang belum selesai menggiling gandum menuruti anjuran suaminya. Ia pergi menemui Nabi. Melihat Fatimah, Nabi bertanya, ''Hai anakku, ada apa?'' Fatimah menjawab, ''Aku datang untuk menyampaikan salam kepadamu.'' Ia malu menyampaikan anjuran suaminya. Fatimah pulang kembali ke rumah, mengatakan pada suaminya bahwa ia tak mampu menyampaikan permintaan itu.

Ali menemani Fatimah menemui Rasulullah SAW. Ia berkata mewakili Fatimah, ''Ya, Rasulullah. Fatimah harus menjalankan batu penggilingan hingga tangannya berbekas. Dia juga harus memikul hingga lehernya berbekas. Tatkala engkau mendapat pelayan, aku menyuruhnya supaya menemuimu guna meminta seorang pelayan yang akan melindunginya dari letihnya pekerjaan.''

Fatimah adalah buah hati yang paling dekat dengannya. Beliau tahu benar bagaimana kondisi rumah tangga anak dan menantunya. Namun, di sisi lain ada tetangga, yaitu kelompok orang miskin dari kalangan Ahli Shuffah yang lebih membutuhkan. Dengan tenang Nabi menolak keinginan Fathimah dan Ali. Nabi mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkan daripada keluarga tercinta.

Fathimah dan Ali pergi. Nabi mengikuti, melihat keduanya bekerja, kelelahan, hingga keduanya hampir memejamkan mata di peraduan. Ketika melihat Nabi keduanya hendak bangkit dari peraduan. Nabi meminta mereka tetap di peraduan dan berkata lembut, ''Maukah aku beritahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang engkau minta?'' Keduanya serentak menjawab, ''Tentu saja, Ya Rasulullah.''

Beliau bersabda, ''Ada beberapa kalimat yang diajarkan Jibril, yaitu membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali setiap kali selesai shalat. Jika kamu beranjak ke peraduan, bacalah tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali.'' (HR Bukhari-Muslim).

Beliau berpamitan setelah memberikan nasihat dan latihan psikologis untuk mengalahkan keletihan dan kepayahan bekerja. Begitulah Rasulullah SAW. Orang lain yang membutuhkan lebih utama untuk mendapat pertolongan. Untuk keluarga sendiri, beliau yakin kelak Allah akan mencukupkannya.

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement