Selasa 19 Nov 2019 17:00 WIB

Pelajar Muslim di Amerika Jadi Korban Islamofobia

Dewan Hubungan Islam-Amerika mengungkap adanya kenaikan kasus islamofobia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK --- Wali murid dari seorang siswa muslim di sekolah dasar New York terpaksa harus mengeluarkan anaknya pasca mendapat perlakuan tak menyenangkan dari sekolah.

Dilansir Step Feed pada Jum'at (15/11), bermula ketika sekolah dasar PS 264 Bay Ridge New York, Amerika menghukum seorang siswanya yang berusia sembilan tahun dengan menyuruhnya duduk dan menyaksikan teman-temannya makan siang sementara siswa tersebut tengah menjalankan ibadah puasa saat bulan suci Ramadhan. Siswa muslim itu dihukum lantaran menertawakan seorang petugas makan siang sekolah.

Zaman Mashrah yang merupakan orang tua siswa muslim itu pun marah ketika mendengar hal itu. Pada 14 Mei, Mashrah melaporkan apa yang dialami putranya kepada kepala sekolah. Ia berharap petugas makan siang yang menghukum anaknya itu memperoleh sanksi atas tindakannya. 

Namun karena tak ada tindak lanjut dari pihak sekolah, Mashrah pun memutuskan untuk mengajukan pengaduan diskriminasi kepada kantor Departemen Pendidikan (DOE) Meski demikian pengaduannya itu tak digubris.

Padahal berdasarkan hukum, DOE harusnya mengeluarkan tanggapan tertulis dalam 90 hari setelah menerima keluhan yang diajukan Mashrah. Dan setelah enam bulan keluhannya baik pada sekolah maupun Departemen Pendidikan tak mendapat respon, Mashrah pun mencoba mengajukan kelurahan ke Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR) di New York. 

Dalam keluhannya, Mashrah meminta kompensasi dan hukuman bagi petugas sekolah yang menghukum anaknya. "Seorang petugas sekolah menghukum praktik agama putra Mashrah, teman-teman sekelas siswa itu yang berusia 8-9 tahun segera menyadari bahwa petugas melakukan sesuatu yang kejam," kata Direktur litigasi CAIR New York, Ahmed Mohamed. 

Setelah kejadian itu, Mashrah memutuskan mengeluarkan anaknya dari sekolah tersebut. "Seandainya DOE menanggapi masalah itu dengan serius dan meminta pertanggungjawaban petugas sekolah itu atas apa yang dilakukannya, putranya masih akan bersekolah bersama teman-temannya," katanya. 

Juru bicara DOE, Isabelle Boundy pun memberikan tanggapan. "Lingkungan sekolah harus aman, mendukung dan inklusif. Dan tuduhan yang sangat memprihatikan ini segera dilaporkan untuk diselidiki, kami menanggapi dugaan diskriminasi dengan serius dan akan meninjau kelurahan itu," katanya. 

Namun menurut Mohamed, DOE telah gagal membantu ibu dan anak itu. Menurutnya jika departemen pendidikan itu serius menangani masalah tersebut semestinya tak memerlukan waktu hingga enam bulan untuk menyelidiki. 

Islamofobia terus merajalela di Amerika Serikat, kasus-kasus yang melibatkan kejahatan rasial terhadap muslim terus bertambah.  CAIR telah melaporkan peningkatan kefanatikan yang menargetkan muslim-Amerika, imigran, dan kelompok minoritas lainnya sejak Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Seperti pada bulan lalu, pasangan muslim Mesir dilecehkan oleh seorang wanita di dalam dan di luar pusat perbelanjaan TJ Maxx di Bay Ridge, Brooklyn saat berbelanja pakaian untuk anak-anak mereka. Karyawan yang bekerja di TJ Maxx pada saat itu tidak bereaksi sama sekali terhadap wanita kulit putih yang berteriak kembali ke negaramu terhadap pasangan suami istri itu.

Insiden lainnya di tahun ini, terjadi ketika tiga ibu muslim dan delapan anaknya tak diberi hak naik feri New York setelah pekerja mengklaim ada masalah keamanan. Dimana dua orang ibu muslim diantaranya menggunakan akses berbeda karena keturunan Pakistan dan mengenakan jilbab. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement