Senin 18 Nov 2019 13:53 WIB

Tantangan Umat Islam pada Era Modern

Umat Islam kini menghadapi banyak tantangan, salah satunya soal kemiskinan.

Rep: Febryan A/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam
Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam terlalu sibuk bertengkar dengan sesama. Perpecahan dan bahkan perseteruan antar mazhab dan aliran ada di depan mata. Padahal, umat kini menghadapi banyak tantangan, salah satunya soal kemiskinan.

Hal itu adalah salah satu poin utama yang diutarakan kolumnis Malaysia Rohiman Haroon di laman News Strait Times, Ahad (17/11). Mantan jurnalis itu menyampaikan kegelisahannya atas kondisi Muslim hari ini di Malaysia dan juga dunia yang terlalu sibuk memperdebatkan perbedaan, alih-alih melaksanakan kebajikan yang diajarkan Islam.

Haroon mengawali esainya itu dengan membenarkan pernyataan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad. Di mana Mahathir menyebut bahwa Islam dalam ambang perpecahan, baik di dalam komunitas mulism ataupun di negara Islam.

Ia pun mengutip pernyataan Mahathir yang menyebut bahwa pada zaman nabi hanya ada satu Islam, tak ada Sunni dan Syiah. Apalgi sekarang juga terdapat bahyak sekali golongan.

"Alquran melarang kita mengajarkan Islam dengan cara yang bisa memecah kita menjadi banyak aliran. Saat ini, ada sangat banyak aliran. Kita sangat terpecah sehingga ada beberapa pihak yang menggunakan antagonisme kita terhadap satu sama lain untuk mencapai tujuan mereka mengendalikan umat Islam," kata Mahathir sebagaimana dikutip Haroon.

Menurut Haroon, perpecahan umat itu sudah diketahui sejak jauh-jauh hari, namun tak ada langkah nyata yang diambil umat Muslim. Ia pun menyebut bahwa umat Muslim hari ini perlu membuat strategi untuk membangkitkan Islam dan umatnya yang kini juga mendapat pandangan negatif dari masyarakat internasional.

Namun, lanjut Haroon, yang terjadi saat ini malah sebaliknya. Umat Muslim di seluruh dunia terjerembab dalam perdebatan tentang bagimana cara mempraktikkan Islam. Bahkan, beberapa negara Islam saling berperang karena perbedaan mazhab yang akhirnya membuat umat di negaranya jadi miskin dan sengsara. Mereka tak mempertimbangkan dampak ekonomi yang muncul, terlebih dengan sanksi yang diberikan negara Barat.

Tak hanya itu, sambung Haroon, masalah umat saat ini juga soal banyaknya Muslim timur tengah yang mencari suaka ke negara lain lantaran negaranya dilanda konflik. Belum lagi soal kekerasan yang didapatkan Muslim di sejumlah negera seperti Palestina, Rohingya, dan Uighur.

Terakhir adalah keberadaan ISIS yang membuat umat menjadi kebingungan. Di mana banyak orang didoktrin bahwa keberadaan kekhalifahan itu adalah wajid. Dan para pengikutnya diharuskan memerangi orang kafir.

Sedangkan di dalam negeri Malaysia, ujar Haroon, tuduhan-tuduhan atau isu soal wahabi dan syiah terus dilemparkan sejumlah pihak. "Kenapa kita harus memperdebatkan hal-hal semacam itu di saat sejumlah agenda penting untuk mengembangkan komunitas mulsim sedang menanti?," ucap Haroon.

Di penghujung esainya, Haroon kembali menyitir pernyataan Mahathir yang menekankan agar umat mulai belajar tentang Islam dan menolak semua bentuk ajaran yang berupaya memecah belah. "Apa yang Anda lihat di sejumlah negara, perang selama berabad-abad antara Suni dan Syiah itu dikarenakan masing-masing menilai pihak lawan bukanlah Islam tapi kafir," kata Mahathir.

Harun pun mengutip penjelasan dalam surat Al-Baqarah yang menyebutkan bahwa kita umat Islam diciptakan untuk mempercayai zat yang gaib, beribadah dengan sepenuh hati dan menjalani perintah-Nya.

"Apakah kita bukanlah seorang Muslim ketika kita berbeda? Kita semua memiliki keyakinan sama ketika mengucapkan deklarasi iman yakni LailahailaAllah Muhammadur-rasullullah. Renungkanlah itu," kata Haroon menutup esainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement