REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku bersyukur lantaran ditempa pendidikan agama yang kuat dari orang tua sejak dini. Sebagai bentuk bakti, UAS pun menginginkan agar dirinya dapat meneruskan berbagai kebaikan yang diajarkan ayah dan ibundanya agar bernilai pahala di sisi Allah SWT.
Dia teringat pada sabda Nabi SAW, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh” (HR Muslim).
Pada 18 Maret 2019 lalu, ibunda UAS, Hajjah Rohana, berpulang ke rahmatullah.
Sepeninggalan beliau, mubaligh kelahiran Asahan, Sumatra Utara, itu semakin terpacu untuk mematangkan rencana pendirian yayasan yang konsen pada pemberdayaan umat. Yayasan itu diniatkannya sebagai bentuk bakti dan doa dari seorang anak kepada ibu tercinta.
Maka berdirilah Yayasan Wakaf Hajjah Rohana Berbagi.
Yayasan Wakaf Hajjah Rohana Berbagi yang diinisiasi UAS. (Dok. Ist)
Yayasan ini terdaftar resmi di Kementerian Hukum dan HAM surat keputusan (SK) Nomor AHU-0013199.AH.01.04.Tahun 2019 serta Kementerian Agama SK Nomor B-2812/Kk.02.06/7/BA.01/09/2019.
Pusatnya berlokasi di kampung halaman UAS sendiri, yakni Jalan Syekh Silau Nomor 30 Dusun VI, Desa Silo Lama, Silo Laut, Asahan, Sumatra Utara.
Berbagai donasi yang dititipkan melalui yayasan tersebut menjangkau para dhuafa yang membutuhkan.
UAS menceritakan, salah satu program yang diselenggarakan Yayasan Wakaf Hajjah Rohana Berbagi ialah sembako bulanan bagi keluarga yang tidak mampu.
UAS dan tim saat menyalurkan bantuan melalui Yayasan Wakaf Hajjah Rohana Berbagi beberapa waktu lalu. (Dok. Ist)
Tiap paket sembako berisi antara lain 10 kilogram (kg) beras, 1 kg gula pasir, 1 kg minyak goreng, 10 kaleng ikan sardin, 10 saset susu, satu bungkus roti. “Nominalnya, senilai Rp 300 ribu. Dalam bulan ini (November 2019), disalurkan 180 bungkus,” ujar UAS saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu.
Salah satu penerima program ini ialah seorang nelayan bernama Tok Hasa. “Usianya 70 tahun, tapi masih ke laut mencari nafkah,” tutur UAS.
“Ada lagi Ibu Norbet. Usianya 78 tahun. Sehari-hari bekerja mencari daun kelapa untuk dibuat menjadi lidi yang lalu dijual,” sambung dia.
Dalam satu kesempatan, lanjut UAS, tim Yayasan Wakaf Hajjah Rohana Berbagi sempat menemui seorang jamaah masjid Silo Laut yang hidup sebatang kara di usia yang genap 100 tahun. Keluarganya hidup serba terbatas, sehingga sering kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tim tersebut pun langsung datang ke lokasi untuk mendistribusikan bantuan.
“Ada seorang ibu yang harus menghidupi anak-anaknya. Baik ibu itu maupun anak-anak didiagnosis mengidap kelainan jiwa. Menyedihkan,” tutur UAS menceritakan salah seorang penerima manfaat donasi ini.
Program sembako bulanan ini disalurkan tiap awal bulan, yakni antara tanggal 1 hingga 10, untuk para penerima manfaat dari kalangan dhuafa.
UAS berharap, yayasan yang dinamakan sesuai nama ibundanya ini dapat terus berkembang. Dengan demikian, semakin banyak kaum dhuafa yang akan tertolong.
UAS dan tim menyambangi rumah salah seorang penerima donasi