Jumat 15 Nov 2019 14:58 WIB

Indonesia Kalah dengan Thailand soal Kunjungan Turis Muslim

Kunjungan wisatawan Muslim ke Indonesia hanya sebanyak tiga juta wisatawan pada 2018.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Wisatawan mancanegara berfoto saat menaiki tebing karst Citatah di Wisata Alam Indiana Camp, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (19/9).
Foto: Abdan Syakura_Republika
Wisatawan mancanegara berfoto saat menaiki tebing karst Citatah di Wisata Alam Indiana Camp, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga dalam hal kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) Muslim. Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) dan CEO Sofyan Corp Riyanto Sofyan mengatakan kunjungan wisatawan Muslim ke Indonesia hanya sebanyak tiga juta wisatawan pada 2018. Angka ini lebih rendah daripada kunjungan wisatawan Muslim ke Thailand yang mencapai lima juta wisatawan.

Riyanto menyebut sejumlah hal yang masih menghambat sektor pariwisata halal berkembang lebih pesat. Pertama terkait dengan kesadaran pelaku pariwisata akan konsep pariwisata halal yang selalu dilekatkan dengan nilai keagamaan. Banyak pelaku pariwisata yang khawatir pengembangan wisata halal akan mematikan usahanya.

"Ini justru mempersempit pasar, jangan khawatir kalau misal dibranding halal nanti turis Eropa kabur, buktinya kasus Lombok tidak masalah, (turis) Eropa tetap jalan, malah meningkat 30 persen," ujar Riyanto saat Indonesia Halal Tourism Conference (IHTC) 2019 bertajuk "Masa Depan Wisata Halal yang Lebih Baik dan Berkelanjutan sebagai Rahmatan lil Alamiin" di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (15/11).

Riyanto menilai kesalahpahaman persepsi mengenai segmentasi pariwisata halal oleh pelaku usaha menyebabkan lambannya pengembangan sektor pariwisata halal itu sendiri. Padahal, kata Riyanto, pariwisata halal merupakan pasar potensial dan Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dunia harus memanfatkan potensi ini guna mendongkrak perekonomian bangsa.

"Kalau negara tetangga seperti Thailand yang mayoritas nonmuslim, Korea, Taiwan, hingga Jepang sangat antusias, kenapa kita tidak," ucap Riyanto.

Riyanto mengambil contoh upaya masif yang dilakukan Thailand dalam menggaet pasar wisatawan Muslim diwujudkan dengan memperbanyak penerbangan langsung dari negara-negara di timur tengah hingga Turki ke Thailand melalui kerja sama dengan sejumlah maskapai penerbangan internasional.

"Kita dari Lombok yang penerbangan langsung cuma ke Kuala Lumpur, itu menandakan aksesibilitas paling penting. Makanya Thailand itu wisman Muslim bisa sekitar lima juta orang dan kita baru tiga juta orang yang datang," kata Riyanto menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement