Sabtu 16 Nov 2019 20:20 WIB

Kilau Aleksandria di Masa Pemerintahan Islam

Aleksandria ditaklukkan oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Amr Ibn al-Ash

Sudut Kota Aleksandria, Mesir
Foto: wikimedia.org
Sudut Kota Aleksandria, Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aleksandria ditaklukkan oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Amr Ibn al-Ash pada 641 M yang mengakhiri era Greco-Roman. Tidak hanya menguasai Aleksandria, Islam juga menguasai kota-kota pelabuhan lainnya di Mediterania.

Dalam waktu 80 tahun sejak kematian Nabi Muhammad, tulisan sejarawan Belgia abad pertengahan, Henri Pirenne, Islam mulai merambah Turkistan hingga Samudera Atlantik dan kemudian menggantikan Kristen yang pernah menguasai pantai Mediterania. “Tiga perempat dari pesisir laut Aleksandria yang merupakan pusat dari budaya Romawi sekarang menjadi milik Islam,” tulisnya.

Karena posisinya yang rentan terhadap serangan armada Bizantium, khalifah Umar bin Khattab memerintahkan Amr agar memindahkan pusat kekuasaan dari Aleksandria ke daerah yang lebih terlindungi. Fustat yang terletak sekitar 225 kilometer sebelah tenggara pusat kekuasaan Mesir dipilih sebagai ibu kota baru.

Berdampingan dengan aliran Sungai Nil, Fustat berkembang menjadi pusat perdagangan baru dan Aleksandria berubah menjadi kota pesisir pedalaman di Mediterania. Dalam beberapa ratus tahun kemudian, Fustat menjadi kota terkaya di dunia. Ini ditulis ahli geografi Persia al-Qazwini. Komoditas perdagangan yang melewati Laut Merah dan Samudera Hindia pasti melewati kota ini. 

Di bawah Dinasti Fatimiyah (969 M-1171 M), pasar di Kota Fustat penuh dengan barang-barang dari Jeddah dan Hijaz, Sana’a, Aden, Muskat, India, dan Cina. Barang-barang yang diperjualbelikan, di antaranya rempah-rempah, mutiara, batu mulia, sutra, porselen, kayu jati, kain, kertas, parfum yang belum ada di Eropa ketika itu

Meski Fustat tumbuh menjadi kota yang gemerlap, mengalahkan Aleksandria, kota pelabuhan itu tidak lantas menjadi terpencil. Kota ini tetap mempertahankan dirinya sebagai pelabuhan Mediterania yang cukup penting dan makmur yang menghubungkan antara Timur dan Barat, Muslim, Kristen, dan Yahudi. “Tanpa Kota Aleksandria, seluruh Mesir tidak bisa bertahan hidup,” tulis seorang pengamat Venesia abad pertengahan.

Selama beberapa abad pertama pemerintahan Muslim terjadi perubahan di Aleksandria. Sistem administrasi yang sebelumnya menggunakan sistem pemerintahan Bizantium tetap dilanjutkan dengan perubahan kecil.

Namun, perpustakaan Aleksandria yang sebelumnya menjadi pusat pembelajaran Helenistik mulai menghilang pada abad kelima. Para pejabat pemerintahan Islam yang menguasai Aleksandria tetap mengagumi jalan-jalan lebar di kota itu, yang di kiri kanannya dipenuhi maha karya arsitektur, berupa bangunan-banunan berpilar marmer yang indah dan rumit, sumur air, istana, kuil yang mewah. 

Ahli geografi abad ke-10 M Ibnu Hawkal menyebut, Aleksandria sebagai salah satu kota yang terkenal dengan barang antik yang luar biasa. Memang, di Aleksandria banyak terdapat barang antik dan monumen otentik warisan mengesankan kerajaan dan kekuasaan yang pernah singgah di kota tersebut. Abad ke-12 M, ahli geografi Andalusia Ibn Jubair menulis mercusuar Aleksandria terkenal yang selama berabad-abad telah memandu kapal dari seluruh dunia. Cahayanya bagai kilauan permata di Mediterania.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement