REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Meski hujan sudah mulai turun di sebagian wilayah Jawa Tengah, warga di sejumlah kecamatan yang berada di Kabupaten Grobogan masih dilanda krisis air bersih untuk kebutuhan sehari- hari
Hingga menjelang pertengahan bulan November tahun 2019 ini, dampak musim kemarau --berupa kekeringan lahan pertanian dan krisis air bersih-- masih dirasakan warga yang berada di daerah tersebut.
Akibatnya, kondisi ini kian mempengaruhi perekonomian warga terdampak. Pasalnya produktivitas hasil pertanian menurun dan kemampuan warga untuk mengakses air bersih juga semakin minim.
“Dampak kemarau berkepanjangan menyebabkan warga kesusahan air bersih untuk konsumsi sehari- hari dan untuk kebutuhan ekonomi lainnya, sehingga permohonan bantuan air bersih dari warga masih terus mengalir,” ungkap Kepala Area Solusi Zakat Semarang, Tantri Widodo, Selasa (12/11).
Menyikapi persoalan tersebut, Solusi Zakat –hari ini-- kembali menyalurkan bantuan berupa 18.000 liter air bersih untuk warga terdampak bencana kekeringan, di sejumlah titik di wilayah Kabupaten Grobogan.
“Hari ini kami menyalurkan air bersih ke tiga titik di wilayah Kabupaten Grobogan, masing- masing di Dusun Nglangu, Dusun Karang dan Dusun Krekesan di wilayah Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati,” kata Tantri.
Ia juga mengungkapkan, bencana kekeringan telah dirasakan warga yang berada di tiga dusun tersebut sejak bulan April 2019 lalu. Untuk mendapatkan air, warga harus mengantri di sumur sumur yang berada di desa tetangga.
“Hingga memasuki bulan November 2019 –saat sejumlah wilayah di Kabupaten Grobogan sudah mulai turun hujan— wilayah Desa Karanglangu belum diguyur hujan,” lanjutnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat setempat Suryadi mengaku warga yang berada di tiga dusun seperti Nglangu, Karang dan Dusun Krekesan masih mengalami krisis air bersih untuk kebutuhan sehari- hari.
Sebetulnya, guna mengantisipasi kekeringan pihak Pemerintah Desa Karanglangu juga telah membuat sumur air bersih, di beberapa titik.
Namun pada saat musim kemarau sumur- sumur yang perah dibuat pemerintah desa untuk mengantisipasi bencana kekeringan juga tidak bisa optimal dimanfaatkan oleh warga yang sangat membutuhkan air bersih.
Karena kualitas air yang dihasilkan sumur tersebut sangat jelek. “Kondisi air yang dihasilkan dari sumur- sumur tersebut tidak jernih, mengandung kapur dan debitnya juga tidak bisa maksimal,” ungkapnya.
Saat ini, Suyadi bersama warga juga tengah membangun tangki air atau tandon dalam kapasitas besar untuk dikelola oleh warga. Karena bencana kekeringan hampir terjadi setiap tahun di wilayah Desa Karanglangu tersebut.
Ia berharap, upaya ini juga bisa mendapatkan dukungan dari pihak lain atau lembaga amal. “Sehingga, ke depan persoalan krisis air bersih bisa ditangani di wilayah Desa Karanglangu ini,” tambahnya.