Senin 11 Nov 2019 17:30 WIB

Tiga Fokus Utama Baznas Kembangkan Kampung Zakat

Saat ini memang baru terdapat belasan kampung zakat yang terealisasi.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Dirut Baznas) Arifin Purwakananta, menerima penghargaan TOP Eksekutif Muslim 2019.
Foto: Dok Baznas
Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Dirut Baznas) Arifin Purwakananta, menerima penghargaan TOP Eksekutif Muslim 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Utama Baznas Arifin Purwakanata menyampaikan, saat ini memang baru terdapat belasan kampung zakat yang terealisasi. Kampung-kampung tersebut dijalankan dengan tiga fokus utama yakni pendekatan sosial, ekonomi, hingga dakwah.

“Kampung zakat ini kita support dan kita desain agar dana yang terkumpul bisa kami salurkan tepat sasaran dan produktif,” kata Arifin.

Dia menegaskan bahwa pertumbuhan zakat setiap tahunnya sangat berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan. Berdasarkan catatan Baznas, dari 200 ribu jiwa para mustahik yang ada, sebanyak sepertiganya telah digeser dari level miskin ke tidak miskin. 

Catatan tersebut menurut dia tidak berlaku kepada keseluruhan jumlah populasi yang masuk dalam kategori kemiskinan. Dia menilai, dari 275 juta jiwa populasi masyarakat Indonesia, dia menargetkan pengentasan kemiskinan secara nasional melalui zakat akan dikejar sebanyak 1 persen.

“Kita kejar lewat konsumsi para mustahik. Jadi para mustahik dan muzakki (pembayar zakat) sesungguhnya punya andil yang besar terhadap dakwah dan juga negara,” ungkapnya.

Apalagi saat ini, kata dia, pertumbuhan ekonomi nasional masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2019 mengalami perlambatan.

Konsumsi rumah tangga terpantau menyentuh 56,52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Atau hanya berada di angka 5,01 persen secara tahunan jika dibandingkan tahun lalu sebesar 5 persen. Kenaikan yang tipis ini masih jauh dari harapan target pertumbuhan ekonomi di level 5,3 persen.

Untuk itu menurut dia, apabila pertumbuhan zakat terus signifikan, maka penyalurannya secara produktif akan diarahkan kepada pola konsumsi. Meski, dia menegaskan bahwa program-program pendidikan, kesehatan, hingga dakwah tak luput dari fokus Baznas.

Menteri Agama Fachrul Razi berharap, pertumbuhan zakat dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap negara dan umat. Hal itu lantaran sistem pengumpulan dan pengelolaan zakat saat ini diklaim cukup diperhitungkan jika dibandingkan dengan beberapa dekade sebelumnya.

"Sekarang sudah lebih bagus dan akuntabel, kita juga punya generasi milenial yang bisa dilibatkan. Kita harapkan bisa (berkontribusi) pada (pertumbuhan) ekonomi umat juga,” ungkapnya kepada Republika usai menghadiri acara penganugerahan 7 tokoh pahlawan zakat dan wakaf, di Jakarta, Ahad (10/11) lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement