Senin 11 Nov 2019 15:28 WIB

ACT Kembali Berikan Bantuan Beras untuk Santri di Malang

ACT memiliki program BERISI yang menyasar pondok pesantren yang belum terlalu berdaya

Rep: Rossi Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
ACT Lampung bantu beras korban karhutla di Jambi, Jumat (4/10)
Foto: dok. ACT Lampung
ACT Lampung bantu beras korban karhutla di Jambi, Jumat (4/10)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) Malang kembali melakukan aksi peduli kemanusiaan, tim memberikan bantuan beras kepada Pondok Pesantren Mansyaul Ulum, Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Kamis (7/11) lalu. Bantuan tersebut merupakan realisasi program Beras Untuk Santri Indonesia (BERISI) Malang Raya.

Pengasuh Ponpes Mansyaul Ulum, Syaiful Razi menyampaikan terima kasih kepada para dermawan Indonesia dan ACT atas bantuan beras untuk santri-santri yang dibinanya. Bantuan tersebut dianggap begitu membantu kebutuhan santri dengan jumlahnya yang cukup banyak.

Baca Juga

"Di Pondok Pesantren Mansyaul Ulum, kami memiliki sekitar 600 santri. Sekitar 70 persen santrinya dari kalangan ekonomi ke bawah. Bahkan dari biaya SPP santri, kami menerima semampunya saja. Maka dari itu bantuan yang ACT lakukan seperti ini alhamdulillah sangat membantu ponpes ini," kata Syaiful, dikutip dari laman resmi ACT, Senin (11/11).

Di samping itu, Ponpes Mansyaul Ulum pada saat ini memiliki permasalahan lagi selain bahan pangan, salah satunya kekeringan. Suplai air bersih di pondok ini masih minim, sedangkan dari PDAM tidak mencukupi untuk kebutuhan santri.

Selain Ponpes Mansyaul Ulum, ACT juga mendistribusikan bantuan beras ke ponpes wilayah Malang Selatan, salah satunya Ponpes Darul Hikam di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur. Pesantren ini juga menggratiskan semua biaya santrinya. Pihak pengurus berharap, Pondok Pesantren Darul Hikam dapat menjadi penjaga benteng moral di kawasan pantai Malang Selatan.

Kepala Cabang ACT Malang, Diki Taufik Sidik mengungkapkan, program BERISI memang menyasar pondok pesantren yang belum terlalu berdaya. Namun dengan segala keterbatasan, pesantren-pesantren tersebut terus menjalankan aktivitasnya dengan baik dalam mendidik santri.

"Sasaran kita yakni pesantren-pesantren yang belum berdaya. Pesantren yang menjadi penerima manfaat adalah pesantren yang memiliki keterbatasan infrastruktur, kekurangan pangan, serta adanya santri yatim dan kurang mampu yang sedang menempuh pendidikan," ungkap Diki.

Sampai saat ini, masih banyak pesantren yang memenuhi kriteria tersebut di Malang Raya. Diki berharap, program BERISI dapat memenuhi kebutuhan pangan para santri, serta tentunya menginspirasi para dermawan untuk lebih peduli terhadap santri di Indonesia.

"Program BERISI ini diharapkan menjadi inspirasi bagi semua umat untuk ikut berperan dalam memberi solusi atas permasalahan ini. Terlebih, masih banyak pesantren-pesantren yang belum tercukupi kebutuhan pokoknya, sehingga masih butuh bantuan. Khususnya dalam pemenuhan pangan dan kita pun tahu bahwa santri adalah penerus nabi dan ulama," kata Diki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement