Senin 11 Nov 2019 11:11 WIB

Sejarawan Dokumentasikan Praktik Agama Tentara Muslim

Agama menjadi bagian sentral dalam kehidupan para tentara Muslim.

Tentara Turki pada Perang Dunia 1.
Foto: Turkeyswar.com
Tentara Turki pada Perang Dunia 1.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Agama menjadi bagian sentral dalam kehidupan para tentara Muslim. Meski situasi di garis depan bukan ruang yang kondusif untuk menjalankan agama, sejumlah dokumen menggambarkan praktik agama tentara Muslim di medan perang.

Tidak sedikit dari saksi sejarah itu yang menulis atau mendokumentasikan korespondensi. Sebuah foto yang diambil 1941 memperlihatkan Muslim berdoa di sebuah tenda besar yang dipancangkan di luar Masjid Shah Jahan dalam rangka perayaan Idul Fitri.

Baca Juga

Ditempatkan di Prancis pada Idul Fitri, Juli 1917, tentara Muslim India, Abdul Ali Khan, mencatat, "Semua Muslim dari divisi sholat kami bersama-sama. Kami sebisa mungkin mengeluarkan makanan dan teh. Sekitar 1.500 orang berkumpul dan sholat untuk kemenangan Kerajaan (Inggris)."

Sebuah badan amal, Indian Soldiers' Fund, berdiri di Inggris untuk memasok benda-benda keagamaan, menawarkan bantuan medis, atau kenyamanan bagi pasukan. Upacara pemakaman dilakukan menurut cara Islam. Tentara Muslim yang meninggal dikuburkan di pemakaman khusus Muslim. Lokasinya kurang lebih setengah mil dari Masjid Shah Jahan, Woking. Sebuah catatan menyebut, pada 1915, berlangsung upacara penguburan seorang perwira Muslim Inggris yang dihadiri sekitar 50 tentara.

Dilansir dari BBC, agama kian menjadi faktor penting setelah Turki masuk ke pusaran konflik. Karena, itu berarti Kerajaan Inggris sekarang berperang melawan kekuatan Muslim. Mereka mengalami dilema ketika harus berhadapan dengan tentara Muslim Turki pada November 1915. Sebagian tentara Muslim masih menganggap perjuangan mereka sah, tapi beberapa kelompok di Fron Barat menolak. Sekurangnya tercatat tiga peristiwa perlawanan pasukan Muslim terhadap Inggris karena persoalan ini.

Apalagi, sebagaimana dilaporkan Muslim Council of Britain dalam edisi khusus bertajuk "Remembering the Brave: The Muslim Contribution to Britain Armed Forces", pada 14 November 1914, syekh Islam di Istanbul baru saja menyatakan jihad atas nama pemerintah Ottoman. Shaikhul Islam mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk mengangkat senjata melawan Inggris, Prancis, dan Rusia. Alhasil, kebanyakan tentara Muslim meminta dipindahkan ke medan lain.

Prancis memiliki strategi lebih cerdas mengatasi hal ini. Para tentara Afrika--yang juga kebanyakan Muslim--tidak lagi berjuang sebagai unit independen, tetapi digabungkan dengan pasukan Eropa. Setiap resimen gabungan terdiri atas tentara Eropa dan batalion Afrika. Strategi ini bertujuan untuk mencegah pembelotan tentara Muslim ke Jerman yang beraliansi dengan Kekaisaran Ottoman.

sumber : Islam digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement