REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Rumah Zakat fokus untuk meningkatkan wakaf produktif di wilayah Solo Raya. Salah satu upaya yang ditempuh dengan melakukan edukasi dan literasi kepada para donatur dan masyarakat umum di Solo Raya mengenai wakaf produktif dalam acara Gelombang Wakaf di Hotel Aston Solo, Sabtu (9/11).
Direktur Wakaf Rumah Zakat Soleh Hidayat mengatakan, kegiatan Gelombang Wakaf tersebut sebagai sarana silaturahim dengan para donatur donatur dan masyarakat sekaligus literasi wakaf produtif. Rumah Zakat melihat perlunya literasi wakaf karena selama ini pemahaman masyarakat tentang wakaf itu masih sebatas tanah. Padahal wakaf itu sedekah jariyah, orang bisa wakaf uang dan segala macam yang sifatnya harta benda.
"Kami ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat dan donatur mengenai edukasi literasi wakaf bahwa wakaf tidak sekadar tanah tapi lebih luas dan begitu besar dampak wakaf buat sosia masyarakat. Agar wakaf menjadi budaya dan bagian dari filantropi Islam," ucap Soleh saat ditemui Republika.co.id di sela-sela acara.
Soleh memberikan contoh pengelolaan wakaf pada masa Sholahidun Al Ayyubi wakaf menjadi bagian dari sumber anggaran pendapatan dan belanja negara (APBD) bidang pendidikan dan kesehatan, dan bisa menyelesaikan kemiskinan.
"Kami punya fokus di wakaf karena potensi besar dan bisa menjawab kemiskinan," ungkapnya.
Soleh menyebut, berdasarkan data dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) potensi wakaf di Indonesia mencapai Rp 180 triliun. Namun, saat ini yang terkumpul baru Rp 400 miliar. Menurut Soleh, potensi tersebut jika dikelola dengan baik bisa menuntaskan masalah kemiskinan. Misalnya, dana wakaf dimanfaatkan untuk membangun jalan tol, kemudian keuntungannya disalurkan untuk kepentingan sosial masyarakat.
"Kami ingin dengan edukasi ini masyarakat bisa paham, ketika paham mereka akan menunaikan wakaf. Kenapa di Solo karena Solo muslimnya cukup banyak dan antusias terhadap wakaf cukup banyak," ucap Soleh.
Dia menambahkan, selama ini wakaf uang yang masuk dan dikelola Rumah Zakat masih sangat kecil. Jumlahnya masih di bawah dana infak. Sedangkan dana zakat mendominasi karena kesadaran orang untuk berzakat dianggap sudah bagus.
Wakaf memiliki pengelolaan yang berbeda dengan zakat dan infak. Sifat zakat dan infak setahun harus disalurkan sampai habis. Rumah Zakat mempunyai sekolah yang dibiayai dari zakat dan infak tapi tidak bisa berkelanjutan karena harus ada donasi terus menerus. Tetapi setelah dibiayai dari dana, bisa berkelanjutan dan tidak mengandalkan donatur.
Selain itu, Rumah Zakat memiliki klinik kesehatan di Semarang yang sudah bisa membiayai ibu melahirkan secara gratis. "Manfaatnya sudah bisa dirasakan dan tidak perlu minta donatur, bisa berkelanjutan," ujarnya.
Selain melakukan edukasi secara langsung, Rumah Zakat juga melakukan edukasu dan literasi wakaf di media sosial, seperti di Facebook dan Instagram. Setiap hari Rjmah Zakat mengunggah berbagai hal mengenai wakaf seperti cara wakaf dan sebagainya.