REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada 12 Rabiul Awal merupakan tanggal yang penting bagi umat Islam di seantero dunia. Pada tanggal itulah manusia termulia dan teragung sepanjang masa terlahir ke muka bumi. Manusia terhebat itu bernama Muhammad SAW, utusan Allah SWT yang membawa ajaran Islam.
Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford, Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul Allah yang telah membangkitkan salah satu peradaban besar di dunia. Tak heran jika Michael H Hart dalam bukunya The 100 menetapkan Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.
Ia satu-satunya orang yang berhasil meraih kesuksesan luar biasa, baik dalam hal agama maupun duniawi,” ujar Hart. Muhammad SAW tak hanya dikenal sebagai pemimpin umat Islam, tapi beliau juga dikenal sebagai seorang negarawan teragung, hakim teradil, pedagang terjujur, pemimpin militer terhebat, dan pejuang kemanusiaan tergigih.
Rasulullah SAW terbukti telah mampu memimpin sebuah bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa yang maju, yang bahkan sanggup menggalahkan bangsa-bangsa lain di dunia pada masa itu. Afzalur Rahman dalam Ensiklopedi Muhammad Sebagai Negarawan mengungkapkan, dalam tempo kurang lebih satu dekade, Muhammad SAW berhasil meraih berbagai prestasi yang tak mampu disamai pemimpin negara manapun.
Sebagai seorang penguasa, Muhammad SAW telah memberi sumbangan luar biasa terhadap bangunan filsafat politik dan praktik pemerintahan. Kontribusinya ini menjadi saksi hidup yang membuktikan kebesarannya sebagai negarawan yang jenius dengan kecakapan yang luar biasa.
Kualitas kepemimpinan Muhammad terlihat sejak belia, sebelum menjadi nabi. Sikap dan perilakunya yang jujur dan adil dalam berinteraksi membuat penduduk Makkah menghormatinya. Masyarakat Makkah pun menyebutnya sebagai al-Amin (orang yang terpercaya) dan Shadiq (orang yang benar).
Di usia belia, Muhammad SAW mampu menyelesaikan perselisihan di antara suku-suku Quraisy terkait dengan masalah pengembalian Hajar Aswad ke tempatnya semula. Di tengah perdebatan yang alot, Muhammad mengambil keputusan yang sangat cerdik untuk menyelesaikan situasi pelik itu.
Beliau menghamparkan jubah di atas tanah dan meminta agar Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah hamparan jubah itu. Beliau kemudian meminta masing-masing suku memegang ujung jubah itu dan bersama-sama mengangkat Hajar Aswad dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Persengketaan pun diselesaikan secara damai.
Kepemimpinan Nabi Muhammad sebagai seorang kepala negara dimulai ketika kaum Muslim hijrah dari Makkah ke Madinah. Di kota suci kedua bagi umat Islam itulah, komunitas kecil kaum Muslim di bawah kepemimpinan Muhammad SAW berhimpun.
Pada masa-masa awal kehidupan di Madinah, Rasulullah SAW dihadapkan pada situasi sulit. Kaum Muhajirin hidup miskin, tidak berdaya, dan tidak mempunyai berbagai sarana kehidupan. Sementara itu, kaum Quraisy Makkah mengancam menyerang Madinah dan menghancurkan komunitas Muslim yang masih kecil.
Kaum Yahudi-Madinah juga bersekongkol dengan orang-orang musyrik Makkah untuk memusuhi kaum Muslim. Tak hanya itu, sejumlah suku Arab di sekitar Madinah juga menunjukkan sikap permusuhan terhadap keyakinan baru ini, dan pada saat yang bersamaan mulai berkembang kelompok munafik di antara kaum Muslim Madinah sendiri.
Siapa pun, yang kuat atau kaya sekalipun, pasti kewalahan menghadapi tekanan dan beban ini. Namun, Muhammad dapat menyelesaikan situasi sulit dan tak terduga ini dengan efektif dan berhasil. Ini membuktikan kenegarawanan dan kecakapannya dalam bidang politik.
Menghadapi kenyataan yang sangat sulit itu, Muhammad SAW mengambil serangkaian langkah untuk mengukuhkan negara Islam yang baru didirikan itu secara sosial, politik, dan ekonomi. Ia mampu menegakkan otoritas politik dan memelihara hukum serta ketertiban di seluruh wilayah suku-suku di dalam dan di sekitar Madinah.
Lalu, Muhammad membuat berbagai perjanjian dengan kepala-kepala suku Arab dan suku-suku Yahudi di sekitar Madinah. Melalui serangkaian langkah itulah, Nabi Muhammad mampu membawa Negara Islam Madinah sebagai sebuah negara yang aktif memainkan berbagai peran politik di seluruh penjuru wilayah.
Marshal G Hodgson dalam tulisannya yang bertajuk The Venture of Islam mengungkapkan, masyarakat Muhammad terdiri atas kaum Muslim dan non-Muslim dalam berbagai ragam derajat keanggotaan.
Sejak saat itu, tulis Hodgson, komunitas itu tak lagi sekadar sebuah suku baru yang terdiri atas orang-orang beriman atau bahkan sekadar perkumpulan revolusioner lokal. Masyarakatnya terdiri atas berbagai unsur heterogen yang diorganisasi secara lebih baik dibandingkan sistem organisasi masyarakat Makkah, baik secara religius maupun politik,” papar Hodgson.
Struktur politik yang dibangun Muhammad, papar Hodgson, merupakan bangunan yang kini dikenal dengan sebutan negara, seperti negara-negara lain yang ada di sekeliling Jazirah Arab, lengkap dengan otoritas tata pemerintahan yang berdasarkan aturan hukum.
Untuk menjalankan roda pemerintahannya, ungkap Hodgson, Muhammad mengirim sejumlah utusan yang bertugas mengajarkan Alquran dan prinsip-prinsip Islam, mengumpulkan zakat, dan menengahi berbagai perselisihan demi menjaga perdamaian dan mencegah permusuhan.
Sehingga, kaum Muslim Madinah melahirkan dan menciptakan suatu jalan hidup yang adil dan bernilai ketuhanan di seluruh wilayah Hijaz, bahkan juga pada wilayah-wilayah di luarnya