Jumat 08 Nov 2019 17:34 WIB

Politisi Muslim akan Penuhi Wajah Perpolitikan Amerika?

Politisi Muslim terutama Muslimah kian eksis di perpolitikan AS.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Amerika.
Foto: EPA
Bendera Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Muslimah di Amerika Serikat perlahan-lahan menunjukkan eksistensinya di panggung politik Amerika. Hingga anggota kongres, Rashida Tlaib, yang memberikan dukungan pada 26 kandidat Muslim dan akhirnya memenangkan pemilihan luar negeri Amerika, memberikan komentar dalam media sosialnya tentang kesuksesan para politisi Muslim.  

Tlaib adalah satu dari empat perempuan anggota Kongres Demokrat yang menjadi terkenal karena lantang menyuarakan untuk hak-hak minoritas. Ia pun menggambarkan dirinya sebagai seorang Amerika Pelestina yang kerap menggunakan Twitter-nya untuk menyerang Israel. 

Baca Juga

Ia pun mengunggah ulang sebuah video dari kelompok kampanye pendukung minoritas She The People pada hari pemilihan. Tlaib berkomentar, “Minggir, kami di sini dan banyak lagi yang akan datang,” katanya.  

Seperti dilansir the Jerusalem Post pada Jumat (8/11), kemenangan dalam pemilihan umum tahun ini mengantarkan total Muslim yang terpilih menjabat di Amerika Serikat sebanyak 34 orang di mana 15 orang di antaranya merupakan politisi yang baru terpilih untuk pertama kalinya. 

Kelompok advokasi Muslim menggambarkan hasil dari pencapaian para politisi Muslimah itu merupakan pukulan terhadap Islamofobia dan kemenangan bagi organisasi komunitas.

Di antara politisi yang sukses, yakni Sagita Khalid berusia 23 tahun yang berhasil duduk di Dewan Kota Lewiston dengan raihan hampir 70 persen suara. 

Khalid yang seorang datang ke Amerika sebagai pengungsi Somalia saat berusia tujuh tahun itu mendapat pelecehan melalui daring selama kampanyenya. Ia pun mengatakan pada pendukungnya kemenangan yang diraih membuktikan pengorganisasian komunitas bisa mengalahkan troll internet.  

Selain itu, ada juga Nadia Mohamed berusia 23 tahun. Ia adalah mantan pengungsi Somalia dan berhasil memenangkan posisi Dewan Kota di St Louis Park Minnesota. Ia lolos dengan dengan raihan 63 persen suara.  

Di Virginia ada empat Muslimah yang berhasil memenangkan pemilu. Politisi Demokrat, Ghazala Hashmi, menggulingkan petahana dari Partai Republik, yakni Glen Sturtvant dengan kemenangan mengejutkan untuk meraih kursi senat negara. 

Selain itu, ada juga Zargapur yang juga merayakan kemenangannya di Virginia. Ia terpilih untuk Dewan Sekolah Pangeran William Country. Ada juga Buta Biberaj yang menjadi pengacara persemakmuran baru di wilayah Loudoun dalam persaingan ketat melawan kandidat Republik yang berkuasa. Serta Abrar Omeish yang berusia 24 tahun. Ia berhasil meraih kursi di Dewan Sekolah Wilayah Fairfax sekaligus menjadikannya orang termuda yang memegang jabatan terpilih di negara bagian.  

“Apa yang dilakukan Muslim Amerika selama Islamofobia  meningkat di bawah pemerintahan xenofobia? Kami mencalonkan diri untuk menang dan menang,” kata Linda Sarsour yang menjabat Direktur Eksekutif kelompok advokasi Muslim-Amerika MPower Change. 

Direktur JetPac sebuah organisasi yang melatih Muslim Amerika untuk mencalonkan diri, Mohammed Missouri, juga sependapat dengan hal tersebut.  

“Lonjakan kandidat Muslim yang mencalonkan diri dalam jabatan dalam beberapa tahun terakhir sebagian merupakan respons langsung terhadap ekspresi terbuka Islamofobia di Amerika  termasuk kebijakan Gedung Putih yang oleh para kritikus dianggap anti-Muslim,” katanya. 

Seorang profesor ilmu politik di Randolph-Macon College di Virginia, Richard Meagher, mengatakan hasil itu harus membuat para pakar mempertanyakan asumsi mereka.   

“Kami selalu mendengar tentang masalah keterpilihan, tetapi wanita kulit berwarna tidak hanya bisa dipilih, mereka adalah generasi pemimpin berikutnya untuk Partai Demokrat Virginia,” katanya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement