REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pembahasan tentang Muhammad SAW seakan tak pernah ada habisnya. Banyak sisi yang selalu bisa diangkat dari kehidupan Rasulullah SAW. Sebagian besar studi tentang Muhammad SAW selalu positif. Bahkan dari sarjana Barat sekalipun.
Di antara catatan positif sarjana Barat terhadap Rasulullah SAW adalah buku berjudul Muhammad: A Biography of the Prophet karya Karen Armstrong, terbit pertama kali pada 1991. Ada pula terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Buku ini kiranya bisa dilihat sebagai salah satu biografi Muhammad karya orang Barat non-Muslim. (Kita juga bisa mengingat, misalnya, buku Dan Muhammad adalah Utusan Allah karya mendiang Annemarie Schimmel dari Jerman).
Dalam pengantar untuk Muhammad: A Biography of the Prophet (Phoenix, 2001), Armstrong melihat Muhammad SAW sebagai "manusia paling menakjubkan yang pernah hidup" (the most remarkable human beings who ever lived). Kita pun jadi ingat pada buku Seratus Tokoh karya Michael H Hart.
Di situ, jauh-jauh hari sebelum Armstrong, Hart menempatkan Muhammad SAW pada peringkat pertama di antara 100 tokoh yang dianggap paling berpengaruh dalam sejarah dunia.
Untuk menuturkan riwayat Muhammad SAW, Armstrong antara lain merujuk pada sumber-sumber klasik, semisal dari Ibnu Ishaq (w 767 M), Muhammad bin Sa'd (w 848), Abu Jafar at-Tabari (w 923), dan Muhammad bin Umar al-Waqidi (w 820).
Tentu, cara dia menulis sejalan dengan metode historiografi modern: berpijak pada fakta, analitis, dan kontekstual. Gayanya simpatik, hingga paparannya sering terasa seakan berasal "dari dalam".
Biografi Muhammad SAW susunan Armstrong singkat saja, tak sampai 300 halaman. Uraiannya hanya teridiri dari 10 bab, mulai dari gambaran situasi historis yang melatari tugas kenabian Muhammad SAW hingga apa yang terjadi tatkala Paduka wafat.
Soal kontroversial mengenai apa yang disebut "the satanic verses" dibahasnya pula. Mungkin istilah yang tepat bukan "singkat," melainkan "padat". Pembaca terbantu untuk mengenali sosok Sang Nabi beserta misinya secara akurat.
Sebagaimana dalam buku-bukunya yang lain, dalam buku ini pun tercermin salah satu pandangan Armstrong: bahwa dalam hal keyakinan religius, Dunia Barat dan Dunia Islam bisa dikatakan bertolak dari tradisi yang sama. Menurut dia, baik Islam, maupun Kristen dan Judaisme, sama-sama terhubung dengan jejak langkah Ibrahim AS.
Persambungan dengan monoteisme Ibrahim, tentu, tercermin pula dalam naskah klasik yang banyak dikutip oleh Armstrong. D
alam Sirah Rasulullah karya Ibnu Ishaq, misalnya, diceritakan bahwa tatkala Islam masih diam-diam, sekali pernah Muhammad SAW mendirikan shalat bersama Ali di sebuah lembah, di Mekah.
Ketika Abu Thalib, ayah Ali dan paman Sang Nabi, memergoki mereka, ia menanyakan agama apa yang tengah mereka jalankan. "Inilah agama Allah, agama para malaikat-Nya, dan agama leluhur kita Ibrahim," jawab Paduka seperti yang dituturkan Ibnu Ishaq.
Karen Armstrong. Ia lahir di Wildmoor, Worcestershire, Inggris, 14 November 1944. Dari 1962 hingga 1969 ia berdiam di biara Serikat Yesus Putra Kudus (Society of the Holy Child Jesus).
Lantas ia keluar dari biara, bahkan pernah menganggap dirinya ateis, dan akhirnya jadi "freelance monotheist". Armstrong mempelajari sastra di Universitas Oxford, Inggris. Perhatiannya lalu tercurah pada agama-agama besar.
Ia pun mengajar di Leo Baeck College, London. Diawali dengan bukunya, Through the Narrow Gate (1981) tentang pengalamannya sebagai "biarawati minggat" (runaway nun), ia menulis buku tentang Islam, Kristen, Judaisme, dan Buddhisme. "A History of God: The 4000-Year Quest of Judaism", "Christianity and Islam" (1993), tentu, adalah bukunya yang amat terkenal, tak terkecuali di sini.
Dalam studi Islam, ia tergabung dalam Himpunan Ilmu Sosial Muslim (Association of Muslim Social Sciences). Pada 1999 Pusat Islam Kalifornia Selatan (Islamic Center of Southern California) menghargainya sebagai penjalin saling pengertian antaragama. Ia pun menerima penghargaam Muslim Public Affairs Council Media Award.