REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno
Suatu ketika, Ka'ab bin Malik RA mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW. Beliau tersenyum kecut seraya berkata, "Kemarilah." Ka'ab pun berjalan menuju beliau, lalu duduk di hadapan beliau. Rasulullah SAW kemudian bertanya kepadanya, "Apa yang membuatmu tertinggal?" Bukankah engkau telah membeli kendaraan?" Ka'ab menjawab, "Benar, demi Allah, andai aku duduk di hadapan selain engkau, tentu aku dapat mengemukakan alasan yang dapat menghindarkanku dari kemarahannya sebab aku dikaruniai kepandaian bersilat lidah."
"Tetapi, demi Allah, andai pada hari ini aku mengatakan suatu kedustaan agar engkau ridha kepadaku, niscaya Allah pasti menjadikan engkau marah kepadaku. Sebaliknya, jika aku mengatakan apa adanya, tentu engkau akan marah kepadaku. Tetapi, aku benarbenar mengharapkan ampunan dari Allah. Demi Allah, aku tidak punya uzur. Sungguh aku adalah orang yang paling kuat dan mendapat kemudahan pada saat tertinggal dari engkau."
Mendengar kata-kata Ka'ab tersebut, Rasulullah SAW bersabda, "Kamu telah berkata jujur. Maka berdirilah dan tinggalkan aku hingga Allah memutuskan hukuman tentang dirimu." Maka, Ka'ab pun bangkit meninggalkan Rasulullah SAW.
Kisah di atas mengajarkan kepada kita, terutama para pemimpin, tentang pentingnya melakukan evaluasi tim. Seorang pemimpin tidak membiarkan setiap orang yang dipimpinnya bertindak sesuka hatinya. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam mengevaluasi dan meminta pertanggungjawaban atas setiap yang dilakukan oleh orang yang dipimpinnya.
Itulah keteladanan Nabi SAW dalam mengevaluasi kinerja sahabatnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mampu melakukan evaluasi kerja tim. Apabila segala urusan dibiarkan tanpa evaluasi, maka akan membuat hasil yang jauh dari yang diharapkan.
Dalam hal ini, Allah SWT telah memerintahkan untuk melakukan evaluasi, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan (mengevaluasi) apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Hasyr [59]: 18).
Berikut beberapa contoh sistem evaluasi yang diterapkan oleh para nabi. Pertama, Nabi Sulaiman AS pernah mengevaluasi seekor burung hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik, yang dikisahkan dalam Alquran surah an-Naml [27] ayat 27. Firman-Nya, "Berkata Sulaiman, 'Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.'"
Kedua, evaluasi yang pernah dilakukan oleh Nabi SAW. Nabi dalam melaksanakan dakwah dan pengajaran sering kali mengadakan evaluasi terhadap hasil kerja para sahabatnya dengan sistem pertanyaan atau tanya jawab serta musyawarah.
Dengan sistem evaluasi ini, Nabi telah memberikan jawabannya dan mengetahui mana di antara sahabat yang cerdas, patuh, saleh, atau mana yang kreatif dan aktif responsif dalam pemecahan problema yang dihadapi bersama. Semoga Allah membimbing kita terutama para pemimpin agar dapat melakukan evaluasi tim secara komprehensif dan bertangggung jawab. Amin.