REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat Zakat, Yusuf Wibisono mengatakan, lembaga amil zakat (LAZ) memiliki kontribusi penting dalam merevitalisasi dan menggali potensi filantropi Islam di Indonesia sejak 1990-an melalui gerakan zakat produktif.
Menurut dia, seiring potensi zakat nasional yang semakin tergali potensinya, LAZ Indonesia telah berkembang pesat sebagai world-class organizations dengan menerapkan tata kelola dan praktek organisasi standar lembaga zakat global.
“Kini LAZ Indonesia telah memasuki era yang saya sebut collaborative working, era dimana LAZ aktif berjejaring dan bersinergi tidak hanya dengan sesama LAZ, namun dengan berbagai stakeholders bangsa lainnya untuk akselerasi penanggulangan kemiskinan,” kata Yusuf saat dihubungi Republika, Selasa (5/11).
Direktur IDEAS (Indonesia Development and Islamic Studies) ini mengatakan, tugas terbesar LAZ adalah bagaimana membuat mustahik terentaskan dari kemiskinan material dan spiritual, dalam waktu secepat-cepatnya dan dalam cara paling mulia dan bermartabat.
“Untuk tugas besar ini, berjejaring dan bersinergi menjadi keniscayaan bagi semua LAZ,” sambungnya.
Salah satu LAZ yang disinggung Yusuf adalah Badan Amil Hidayatullah (BMH). Menurut dia, BMH adalah salah satu LAZ terbesar di Indonesia dengan kontribusi signifikan terutama dalam program sosial-ekonomi dan dakwah.
“Kekuatan utama program BMH di bidang ekonomi sekaligus dakwah di banyak daerah terpencil ini merupakan keunggulan sekaligus pembeda utama BMH dengan LAZ lainnya,” jelas Yusuf.
“Ini pula yang perlu terus di tingkatkan sebagai spesialisasi BMH,” tutup dia.
Di sisi lain, BMH tengah menggelar rapat kerja nasional (Rakernas) di Makassar yang dimulai sejak hari ini (5/11) hingga dua hari ke depan. Kegiatan kali ini akan membahas penguatan platform lembaga amil zakat (LAZ) yang inovatif, efektif, dan efisien.