REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberanian para Muslimah pada masa Rasulullah SAW selalu meng inspirasi. Meski melalui banyak cobaan dan tekanan, mereka tetap berdiri tegak memegang Islam. Tak gentar sedikit pun walau nyawa telah di ujung tanduk.
Salah satu perempuan pemberani tersebut bernama Nusai bah bin Ka'ab atau sering pula di panggil Ummu Umarah. Ia termasuk mujahidah yang turut berjihad ke medan perang. Sejarah pun mencatatnya sebagai prajurit Muslimah yang perkasa. Perem puan Madinah itu segera masuk Islam tatkala mendengar dakwah Rasulullah SAW.
Dia juga tercatat sebagai satu dari dua Muslimah yang pergi ber sama kaum Anshar ke Makkah untuk berbai'at kepada Ra sulullah. Keluarga Ummu Umarah dikenal sangat pemberani. Ketika Nabi Muhammad memim pin pasukannya menuju Bukit Uhud, Ummu Umarah bersama suaminya, yakni Ghaziyah bin Amr, dan putranya yaitu Abdul lah serta Hubaib turut bergabung.
Awalnya, Ummu Umarah menjadi perawat tentara yang bertugas mengobati luka sekaligus menyediakan makanan dan minuman. Hanya saja, saat meli hat Ibnu Qumai'ah hendak membunuh Rasulullah, Ummu Umarah tanpa gentar langsung menghalau serangan tersebut dengan pedangnya.
Dia kemudian menceritakan peristiwa yang terjadi pada Pe rang Uhud itu. "Aku melihat banyak di antara kaum Muslimin yang lari dan meninggalkan Ra sulullah. Sampai hanya tersisa beberapa orang yang melindungi beliau, termasuk aku dan kedua anakku. Sedangkan, suamiku berada di depan Rasulullah untuk me lindungi beliau. Dan Rasu lullah melihat aku tidak bersenjata. Saat melihat seorang tentara Muslim yang mundur Rasulullah pun berkata, 'Berikan senjatamu kepa da orang yang sedang berpe rang'. Aku lalu mengambil pedang yang dilemparkan tentara yang lari tersebut dan segera me lindungi Nabi dari serangan mu suh."
Tak hanya tampil di Perang uhud, Ummu Umarah hadir pula pada Perang Hunain. Ia mengangkat panji-panji pasukan Muslim. Baginda Nabi sangat bangga dengan keberanian perempuan dari bani Mazim an-Najar tersebut. "Siapakah yang sanggup melakukan seperti yang kau laku kan, wahai Ummu Umarah?" puji Rasulullah.
Dia juga senantiasa mendoa kan Ummu Umarah. Saat sang sri kan di terluka, misalnya, Ra su lu llah berkata kepada putra Um mu Umarah, "Ibumu! Ibumu! Balut lah lukanya. Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di surga."
Tak lama setelah Nabi Mu ham mad wafat, sebagian kabilah yang dipimpin Usailamah al-Ka dzab murtad. Usailamah ke mu di an mengaku sebagai nabi. Pa da hal, Allah sudah menegas kan dalam Alquran bahwa Mu hammad merupakan nabi terakhir atau penutup para nabi. Khalifah Abu Bakar ash-Shid diq pun memerintahkan un tuk memerangi si nabi palsu. Men dengar itu, Ummu Umarah langsung mendatangi sang Khalifah.
Dia meminta izin agar dibo lehkan ikut ke medan perang demi memerangi orang-orang mur tad. Abu Bakar lalu mengapresiasi keberanian Ummu Umarah sekaligus memberikan izin. "Sung guh kami telah menyaksikan pengorbananmu di medan jihad, maka keluarlah (untuk ber perang) dengan menyebut nama Allah."