REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Muslimat NU Bidang Pendidikan Zahratun Nihayah menyebutkan, sulit untuk mensterilisasi penggunaan gawai dalam keluarga pada era digital sekarang. "Yang penting, kita kam panye penggunaan gawai di sesuaikan umur, sementara orang tua mendampingi dan meng awasi," ujar dia.
Dia menilai gawai memiliki daya pikat bagi anak karena menggabungkan unsur audio dan visual. Dua hal ini menjadi simulasi yang lengkap dan menambah daya tarik dari keberadaan ponsel pintar selain akses internetnya yang luas.
Nihayah menyebut batasan-batasan waktu diperlukan agar anak tidak lepas kontrol saat menggunakan ponsel pintar. "Pada pola adiksi atau kecanduan, teori psikologi adiksi, ada kesamaan pola antara narkoba, gawai, pornografi," ujar dia.
Menurut dia, orang tua juga berperan dalam kasus kecanduan gim ini. Tidak sedikit di antara mereka yang asik dengan gawai nya masing-masing. Beberapa ka sus memperlihatkan, agar anak diam dan tidak rewel, orang tua memberikan gawai sendiri.
Dia mengungkapkan, kebiasaan untuk berkumpul bersama di meja makan bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan gawai dan merekat kan hubungan keluarga. Di meja makan, baik anak dan orang tua masing-masing bisa mencerita kan hal-hal yang dialami di hari itu. Dengan menggunakan cara ini, anak merasa didengar dan diperhatikan.
Selain mengajak keluarga kembali ke meja makan, Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta ini juga mengajak untuk kembali ke mainan tradisional dan agama. Orang tua bisa mengajak anak nya untuk shalat berjamaah dan mengaji bersama. Setelah itu, mereka bisa membahas pekerjaan rumah anak.