Kamis 17 Oct 2019 13:00 WIB

Perpustakaan di Dunia Islam: Dari Masjid Hingga Toko Buku

Masjid merupakan tempat utama yang punya ruang pustaka.

Rep: Islam Digest Republika/ Red: Agung Sasongko
(ilustrasi) Masjid Agung Banten di kesultanan banten abad ke-19
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
(ilustrasi) Masjid Agung Banten di kesultanan banten abad ke-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sarana perpustakaan terdapat di mana-mana, yang menandai geliat pengetahuan saat peradaban Islam mencapai puncaknya. Masjid merupakan tempat utama yang punya ruang pustaka dengan koleksi buku beraneka ragam. Menurut sejarawan Philip K Hitti, menengarai sejak masa itu masjid berfungsi sebagai tempat menyimpan buku. 

Buku-buku koleksi yang ada, diperoleh dari hadiah dan wakaf atau hasil pencarian dari berbagai sumber. Dengan kenyataan seperti itu, wajar jika masjid memiliki kumpulan buku yang sangat kaya. Donatur yang tercatat pernah menghibahkan koleksi bukunya adalah sejarawan terkenal al-Khathib al-Baghdadi (1002-1071 Masehi).

Kalangan bangsawan juga berkontribusi bagi berkembangnya fasilitas yang ada di  perpustakaan. Perpustakaan itu juga dapat dijadikan pusat kajian ilmu dan terbuka untuk umum.  Pada abad ke-10, berdiri sebuah perpustakaan besar di Kota Mosul yang dibangun oleh salah seorang penduduknya. 

Di sana, para pelajar dan ahli bisa mengakses buku yang diinginkan dengan mudah, selain juga mereka akan mendapatkan kertas dan alat tulis lain secara cuma-cuma. Keberadaan toko buku yang tersebar di kota-kota besar Islam makin menambah nuansa keilmuan di dunia Islam. 

Pada masa tersebut, toko buku berperan sebagai agen pendidikan. Kemunculan toko buku semacam ini dimulai sejak awal kekhalifahan Abbasiyah. Seorang cendekiawan Muslim, al-Yaqubi, mencatat, di Baghdad pernah ada lebih dari 100 toko buku yang berderet di satu ruas jalan yang sama. 

Sebagian toko itu tidak lebih luas dari ruangan samping masjid, tapi ada juga yang cukup besar.Para penjual buku itu banyak yang rangkap profesi. Mereka ternyata juga punya pekerjaan sebagai penulis kaligrafi, penyalin, bahkan ahli sastra. Mereka mendapatkan posisi terhormat di masyarakat.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement