Senin 07 Oct 2019 18:18 WIB

Kisah Nabi Ibrahim AS Mencari Kebenaran

Ibrahim AS telah melakukan pencarian siapa Tuhan sebenarnya.

Ka'bah peninggalan nabi Ibrahim dan Ismail. Di sini ayah nabi Muhammad, Abdul Muthalib, sebagai suku Quraiys dilahirkan.
Foto: wikipedia
Ka'bah peninggalan nabi Ibrahim dan Ismail. Di sini ayah nabi Muhammad, Abdul Muthalib, sebagai suku Quraiys dilahirkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti halnya Firaun yang khawatir terhadap salah seorang keturunan Bani Israil yang akan menghancurkan diri dan kerajaannya, Raja Namrudz juga mengalami hal serupa. Karena itu, ia memerintahkan seluruh pengawalnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Khawatir akan pembunuhan terhadap bayinya, ibunda Ibrahim dan ayahnya Azar (ada pula yang menyebut pamannya) pun meninggalkan Ibrahim kecil di sebuah gua. Namun, atas izin Allah, ibunda Ibrahim senantiasa bisa menemui dan menyusui Ibrahim serta memeliharanya hingga dewasa. Adapun ayahnya Azar adalah seorang pembuat patung.

Baca Juga

Sebagaimana dikisahkan dalam Alquran, Ibrahim AS telah melakukan pencarian siapa Tuhan sebenarnya. Ketika masih di dalam gua, saat menyaksikan bintang, Ibrahim mengira itulah tuhannya. Demikian pula saat melihat bulan pada malam hari dan matahari di siang hari, Ibrahim mengira itulah tuhannya.

Namun, ketika pada waktu-waktu tertentu; bintang, bulan, dan matahari itu tenggelam, Ibrahim mengeluh dan mencari tuhan yang menciptakan bintang, bulan, dan matahari, yakni Allah SWT. Dan, ia percaya, tidak ada tuhan selain Allah yang menciptakan langit dan bumi.

 

Selanjutnya, ketika menyaksikan orang tuanya membuat patung dan masyarakatnya menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri, Ibrahim berusaha untuk menghentikan perbuatan mereka.

Maka, ketika tiba saatnya perayaan untuk penyembahan terhadap berhala-berhala tersebut, Ibrahim mendahului mereka masuk ke dalam haekal-haekal tempat ibadah kaumnya itu. Di dalam haekal tersebut, Ibrahim segera menghancurkan patung-patung tersebut dan menyisakan sebuah patung besar.

Ketika kaumnya mendapati kerusakan pada berhala tersebut, tuduhan pun langsung dialamatkan padanya. Ibrahim menjawab bahwa yang membuat kerusakan itu adalah patung besar yang dilehernya tergantung sebuah kapak. Atas penjelasan tersebut, kaumnya berkata, ''Bagaimana mungkin sebuah patung yang tidak bernyawa dan tak mampu bergerak bisa menghancurkan patung-patung lainnya?''

Jawaban ini makin membuat Ibrahim merasa menang. ''Jika memang tidak bisa berbuat apa-apa, lalu mengapa kalian menyembah dan memuja-mujanya.'' Dari sinilah kemudian, Ibrahim ditangkap dan akhirnya dimasukkan ke dalam api yang besar. Atas kehendak Allah, Ibrahim selamat dari panasnya api tersebut. Kisah selengkapnya dapat dilihat dalam Alquran, di antaranya pada surah Al-An'am ayat 74-83, Al-Anbiya ayat 51-70, Albaqarah ayat 124 dan 258, Alsyuara ayat 69-89, Ibrahim ayat 35-41, dan Hud ayat 69-76.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement