REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gagasan dan pemikiran Najab Ud-din Unhammad bergema hingga ke belahan dunia Barat. Berabad-abad setelah era kejayaan Islam, sejumlah ilmuwan dan psikolog Eropa mengerjakan studi nosologi dan mereka melanjutkan konsep kategorisasi penyakit kejiwaan yang telah dimulai Najab Ud-din pada abad ke 9-10 Masehi.
Sebelum ilmu nosologi dan psikologi menyebar luas di Eropa, para pasien penyakit jiwa dan mental belum mendapatkan penanganan yang memadai. Mereka bahkan tak jarang menjadi objek eksperimen dengan perlakuan kurang manusiawi. Praktik itu berubah saat sains dan peradaban Islam mencapai Eropa.
Melalui nosologi terjadi transformasi metode penanganan dan cara pandang terhadap masalah gangguan mental. Hal ini kian mendorong geliat studi nosologi. Puncaknya berlangsung sepanjang abad 18. Dikutip dari laman Shinning History, tercatat beberapa ilmuwan yang memelopori studi ini.
Seperti Carolus Linneaus, Francois Boissier de Sauvages, dan Phillipe Pinel. Ketiganya mengawali telaahan ilmiah serta mengklasifikasi penyakit fisik dan mental. Sebelumnya, ahli medis bernama Thomas Sydenham pada akhir abad ke-17 Masehi juga melakukan serangkaian penelitian yang terkait dengan nosologi.
Kajian nosologi terus berlanjut. Emil Kraepelin serta Jacques Bertillon mengenalkan rumusan nosologi hasil pemikiran mereka sendiri pada pertengahan abad 19. Bertillon berhasil mengelompokkan penyebab-penyebab kematian. Dan kontribusi Najab Ud-din dalam nosologi tak bisa diabaikan.
Nosologi awal hasil rintisannya menjadi rujukan penting. Antara lain pengelompokan jenis penyakit berdasarkan gejala-gejalanya. Metode dari buah pemikirannya mewarnai nosologi yang berkembang di dunia modern.