Sabtu 12 Oct 2019 23:15 WIB

Quraish Shihab akan Bersafari Dakwah di Australia

Quraish akan dakwahkan Islam moderat di Australia.

Cendekiawan muslim Quraish Shihab menyampaikan paparan pada pembukaan Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu (18/9/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Cendekiawan muslim Quraish Shihab menyampaikan paparan pada pembukaan Forum Titik Temu di Jakarta, Rabu (18/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nahdhatul Ulama Western Australia (NU WA), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia and New Zealand  (PCI NU ANZ) akan menyelenggarakan kegiatan dakwah untuk Prof Dr Quraish Shihab MA di Perth, pada 17-24 Oktober 2019 mendatang. 

Menurut Ketua Nahdlatul Ulama Western Australia (NU WA), Dody Adibrata, kegiatan ini sudah direncanakan awal 2019, tapi baru terlaksana pada Oktober 2019. "Semoga kegiatan dakwah ini dapat memberikan wawasan Islam moderat bagi Muslim di Perth agar bisa hidup berdampingan dengan baik antar warga yang multikultural di Perth," kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Jumat (12/10).  

Baca Juga

Dody mengatakan, agenda safari dakwah dan ceramah Prof Quraish mencakup kuliah umum, pengajian, kunjungan ke tempat wisata dan silaturahmi dengan warga Muslim di Perth. 

Rencananya, kata dia, kuliah Umum akan dilaksanakan di  University of Western Australia (UWA), pada Sabtu, 19 Oktober 2019. Pesertanya yakni sivitas akademika, khususnya mahasiswa pascasarjana dan skolar serta masyarakat umum di Perth.  

Menurut Dody, NU WA  bekerjasama dengan AIPSSA (Association of Post Graduate Students and Scholars in Australia), Centre for Muslim States and Societies (CMSS UWA), dan didukung oleh Resto Totally Rendang.   

Presiden AIPSSA 2019, Ridwan al-Makassary, mengatakan kuliah umum dengan tema “Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal: Bagaimana Menjadi Muslim yang baik di Dunia Global” dapat memberi dampak positif sekaligus pencerahan. 

"Agenda diharapkan bisa memberikan wawasan yang inklusif bagi peserta yang hadir agar Muslim bisa menjadi Muslim yang baik di tengah lingkungan yang plural," jelas Ridwan yang juga peneliti isu-isu Papua.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement