Sabtu 12 Oct 2019 20:20 WIB

Harapan Warga Malengnge dan Pondasi Syiar yang Terbangun

Warga Kampung Malengnge kini bisa shalat berjamaah.

Dakwah
Foto: wordpress.com
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keberadaan Karding di Kampung Malengnge dirasakan oleh masyarakat. Agun (37 tahun) bahagia karena anak-anak kampung bisa belajar mengaji ke ustaz muda itu. Mimpi warga untuk shalat berjamaah pun kesampaian.

"Warga kampung yang rumahnya di bawah bukit bisa shalat jamaah ke masjid terdekat di bawah, tapi kami yang tinggal di atas bukit jauh sekali ke masjid itu," kata Agun saat ditemui Republika di Kampung Malengnge pada belum lama ini,

Dia berharap, masjid dilengkapi pondok pesantren yang bisa mengajari anak-anak ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Menurut dia, banyak anak kampung yang putus sekolah karena terkendala masalah ekonomi dan akses yang jauh.

Lokasi SD dan SMP lebih jauh dari lokasi masjid terdekat. Anak-anak pun harus berjalan kaki menuruni bukit dan naik angkot di bawah bukit untuk sampai ke sekolah.

Seperti warga Kampung Malengngge lainnya, Agun berprofesi sebagai buruh pemecah batu yang berpenghasilan tak seberapa. Tebing-tebing batu raksasa menjadi sumber mata pencaharian mereka sejak dulu. Batu sebanyak satu mobil truk dihargai Rp 100 ribu. "Rata-rata penghasilan Rp 20 ribu per hari," ujarnya.

Kebahagiaan juga diungkapkan Daeng Salim (70 tahun). Kakek itu mengatakan, ada nya Ustaz Karding membuat warga kampung bisa shalat berjamaah.

"Saya rajin bersihkan ini tanah di sekitar masjid untuk dinikmati masyarakat, senang sekali masyarakat bisa shalat berjamaah seka rang," kata Daeng Salim menggunakan bahasa Makassar.

Kini Ustaz Karding memiliki lima santri yang mondok bersamanya di Kampung Malengngge. Setiap sore anak-anak kampung rutin mengikuti kegiatan belajar mengaji di gubuk sambil menunggu proses pembangunan masjid selesai. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement