Sabtu 12 Oct 2019 06:16 WIB

Niki Batik dan Pemberdayaan Desa Batik Rakyat

Saat ini sudah ada 33 UMKM batik yang terdaftar di Desa Bayat, Jawa Tengah.

Ifandy, founder dari Niki Batik tenah melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada pebatik rakyat di Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
Foto: Dok LAZ BSM
Ifandy, founder dari Niki Batik tenah melakukan pembinaan dan pemberdayaan kepada pebatik rakyat di Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Desa Bayat  terletak di Klaten, Jawa Tengah. Jaraknya bisa ditempuh  sekitar 45 menit dari Jogja dengan motor dan sekitar 60 menit perjalanan jika ditempuh dengan mobil. 

Desa Bayat memiliki beberapa potensi budaya dan ekonomi di dalamnya. Masyarakat Bayat bukan hanya membatik. Mereka juga membuat kerajinan gerabah, anyaman bambu dan kerjanian kayu bermotif batik. Seni wayang dan gamelan juga terdapat di sana. Desa ini pun memiliki banyak angkringan yang menyajikan ragam kuliner. 

Potensi budaya dan ekonomi yang dominan dari Desa Bayat adalah skill membatik dari masyarakatnya. “Terdapat sekitar 300 Kepala Keluarga (KK) di Desa Bayat dan setiap KK pasti memiliki minimal satu orang anggota keluarga yang mampu membatik,” kata Pembina program Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) LAZ BSM Umat, Aprilia Eviyanti dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (11/10). 

Ia menambahkan, pemerintah sudah menetapkan Desa Bayat sebagai Desa Batik. Namun dalam hal ini, penetapan Desa Batik saja tentu tidak cukup. Dibutuhkan dukungan, pemberdayaan dan upaya berbagai pihak. Saat ini sudah berdiri  33 usaha mikro kecil menengah (UMKM)  yang resmi terdaftar. 

 “Setelah mewawancarai beberapa pembatik di Desa Bayat, permasalahan utama perkembangannya adalah marketing. Produksi batik yang dihasilkan tidak sebanding dengan penjualannya yang masih sedikit,” Aprilia menambahkan.  

Berawal dari tantangan tersebut, Niki Batik hadir untuk menjembatani potensi para pebatik di Desa Bayat dengan konsumen yang menginginkan batik yang berkualitas.  “Ifandy, founder dari Niki Batik yang merupakan penerima beasiswa program Islamic Sociopreneur Development Program (ISDP) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerjasama dengan rekan pebatiknya, Mas Fendy untuk bersama-sama memajukan potensi membatik Desa Bayat,” papar Lia, panggilan akrab Aprilia.

Ifandy menjelaskan, batik berasal dari kata ba dan tik yang berarti menorehkan malam menjadi titik-titik kemudian menjadi garis dan menjadi pola motif batik. “Definisi batik adalah menorehkan malam di suatu media. Hal ini menjadikan Niki Batik selektif dan tidak sembarangan dalam menghasilkan produknya,” ujarnya.

Ifandy menambahkan, Niki Batik hanya memokuskan batik produksinya pada batik tulis dan paling minimal batik kombinasi untuk menjaga kualitas, orisinilitas dan budaya membatik. Niki Batik juga turut menjaga kelestarian budaya membatik dengan mensyaratkan produksi batik dengan menggunakan alat membatik tradisional berupa kompor batik yang menggunakan kayu bakar, canting dan malam. 

Ia menyebutkan, saat ini sudah ada tujuh orang pebatik yang diberdayakan oleh Niki Batik. Niki Batik tidak hanya menjual batik yang diproduksi oleh para pebatik di Desa Bayat, namun juga memberikan edukasi dan inovasi produk fashion berbasis batik yang kekinian dan lebih disukai pasar. 

Saat ini Niki Batik sudah mengeluarkan produk kain batik tulis dan kombinasi, kemeja batik, sajadah batik dan souvenir batik. “Ke depannya Niki Batik akan mengeluarkan arloji batik kayu,” tuturnya. 

Ifandy mengungkapkan, Niki Batik tidak hanya aktif memberdayakan dan mempromosikan produk dari pebatik Desa Bayat. Lebih dari itu, Niki Batik memiliki visi ke depannya agar masyarakat Desa Bayat mampu memiliki paguyuban pebatik yang dapat menambah solidaritas di antara pebatik dan dapat mengoptimalkan edukasi dan produksi membatik dari masyarakat Desa Bayat. 

Ia mengemukakan, Indonesia sebagai negara berkembang mengalami tingkat kemiskinan yang cukup memprihatinkan dari tahun ke tahun. Akibat dari kemiskinan sejalan dengan tingkat pengangguran yang tinggi maka memungkinkan angka kriminalitas yang terjadi meningkat. 

“Niki Batik melihat dan menyadari bahwa masalah sosial berupa kemiskinan terjadi juga di Desa Bayat. Oleh karena itu,  untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Desa Bayat,  Niki Batik berupaya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui produk turunan batik yang dikonsep secara luxury dengan unsur Classy, Modern and Ethnic,” ujarnya.

Tak hanya itu, Niki Batik juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah sehingga mereka mampu meningkatkan taraf hidupnya. “Kami juga Memberikan edukasi kepada masyarakat terkait produk-produk daily essentials yang relevan dengan kehidupan moderen,” kata Ifandy.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement